Perjalanan ke luar angkasa bagi sipil, masyarakat umum, akan dimulai tahun depan. Jika menggunakan Virgin Galactic, rencana 16 orang Jepang akan ikut tur luar angkasa, satu orang dikenakan 250.000 dolar AS. Tetapi perusahaan lain, Luminox/SXC, Inc mengenakan tarif 90.000 dolar AS per orang. Terlepas dari harga dan tur luar angkasa tersebut, ada hasil penelitian menemukan bahwa bagi yang ke luar angkasa ternyata sekembalinya ke bumi akan mengalami susah tidur.
Hasil penyelidikan dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) baru-baru ini mengungkapkan, bahwa Astronaut yang telah terbang ke luar angkasa sampai sekarang, telah terkena gangguan tidur yang signifikan. "Status tidur" dari para astronot telah terungkap.
Dalam studi tersebut, 64 orang yang terlibat dalam penerbangan pesawat ulang-alik, diambil lah data yang dikumpulkan dari 21 orang yang terlibat dalam misi ulang-alik dan juga 13 kali dalam misi ISS (International Space Station). Ternyata hasilnya mengejutkan, dilaporkan bahwa sekitar 75 persen dari astronaut pernah menggunakan pil tidur pada umumnya.
Banyak astronaut bertekad untuk tidur selama 8,5 jam tidur dalam pedoman penerbangan untuk pesawat ulang-alik pada misi di ISS. Namun, waktu tidur kenyataannya menjadi rata-rata semakin sedikit, berkurang menjadi 6 jam. Yang mengalami tersebut 12 persen di pesawat ulang-alik, dan 24 persen di ISS. Bahkan yang tidur 7 jam terus menerus juga semakin sedikit.
Hasil penelitian menemukan bahwa bagi yang ke luar angkasa ternyata saat kembali ke bumi akan mengalami susah tidur.
Irama tubuh 24 jam yang memiliki ritme sirkadian menjadi hilang. Ritme sirkadian adalah proses biologis yang menunjukkan osilasi endogen dan berulang setiap sekitar 24 jam. Ritme ini didorong oleh jam sirkadian, dan telah banyak diamati pada tanaman, hewan, jamur, dan cyanobacteria.
Timbullah jet lag, maka kita jadi susah atau bingung soal tidur. Kesulitan tidur ini menciptakan gerakan untuk mempertimbangkan kembali "tidur dalam ruang" di NASA.
Dalam langkah-langkah tidur sampai sekarang diyakini bahwa cahaya dan suara dapat mengganggu tidur, maka didirikan lah stasiun tidur untuk mematikan lampu dan suara dalam ISS. Namun, astronaut menunjukkan gangguan tidur yang tidak sedikit sejak saat itu.
"Organisme manusia akan terus mengalami hal-hal yang sulit dijelaskan dalam berbagai misteri. Sementara pengetahuan yang diperoleh di luar angkasa harus dihadapi dengan dampak pengobatan agar ke luar dari gangguan tidur di planet ini," ungkap hasil penelitian NASA.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR