Walton adalah pelopor dalam industri tambang kotoran dinosaurus yang muncul di seluruh Cambridgeshire selama 25 tahun berikutnya. Peningkatan industri tambang kotoran dinosaurus ini memicu peningkatan populasi di wilayah tersebut karena banyak orang berbondong-bondong ke sana untuk mendapatkan keuntungan dari tambang kotoran dinosaurus tersebut.
Kata ilmiah untuk fosil kotoran dinosaurus adalah koprolit. Pada saat itu diketahui bahwa koprolit dapat digiling untuk membuat pupuk yang sangat efektif karena kandungan fosfatnya yang tinggi.
Tidak ada yang yakin siapa yang membuat penemuan itu, dan bagaimana caranya. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa seorang petani fenland menemukan area lahan pertanian tertentu lebih subur daripada yang lain. Saat menggali tanah untuk menyelidikinya, ia menemukan koprolit dan menarik kesimpulan yang jelas. Maka lahirlah industri yang luar biasa namun sekarang telah terlupakan.
Baca Juga: Muntahan Paus Membuat Kelompok Nelayan Ini Terlepas dari Kemiskinan
Transaksi mahal Robert Walton dilihat dari fakta bahwa dia bisa menjual koprolit dengan harga 3 pound sterlin per ton, dan rata-rata lubang di lahan itu menghasilkan sekitar 300 ton koprolit per ekar. Dengan kata lain, pria seperti Walton yang punya sumber daya cukup untuk membayar sewa dan tenaga kerja dapat menghasilkan banyak uang.
Dengan cepat, hampir setiap pemilik tanah di wilayah itu kemudian terkait dengan perdagangan koprolit. Itu adalah bisnis besar.
Pada tahun 1874 industri koprolit dikatakan bernilai 628.000 pound sterling per tahun bagi ekonomi Inggris. Itu 20.000 pound sterling lebih besar daripada nilai industri timah yang pada saat itu merupakan ekspor utama negara tersebut.
Kehadiran industri kotoran dinosaurus secara tiba-tiba itu memiliki dampak besar pada tatanan sosial daerah tersebut. Sebelum tahun 1850-an, hampir seluruh penduduk pedesaan Cambridgeshire bekerja di lahan tersebut, dengan sedikit peluang pekerjaan alternatif. Ini berarti bahwa pemilik tanah mampu membayar upah rendah dan masih memiliki jaminan pasokan tenaga kerja.
Semua itu kemudian berubah dengan adanya ledakan koprolit. Tiba-tiba pekerja lokal dapat menemukan pekerjaan yang menawarkan lebih dari gaji rata-rata pertanian. Para penambang dibayar berdasarkan kerja borongan, dan seorang pekerja yang baik dapat memperoleh sekitar 2 pound sterling per minggu atau sekitar Rp39 ribu per pekan. Itu adalah sebuah prospek yang menarik ketika upah rata-rata untuk seorang buruh tani adalah seperempat dari angka ini.
Baca Juga: Kepunahan Massal di Usus Manusia Terungkap Berkat Kotoran 2.000 Tahun
Source | : | History Extra |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR