Jalur di tepi jalan raya dengan posisi lebih tinggi dari jalan raya merupakan tempat orang berjalan kaki. Ya, trotoar, begitu orang biasa mengenalnya.
Banyaknya trotoar di Jakarta tak berarti bahwa jalur itu selalu berguna sesuai dengan fungsinya. Seperti halnya di salah satu titik kemacetan di Jakarta Pusat, yakni Jalan Jenderal Sudirman, bila kita melintas pada pagi hari, kemacetan yang terjadi di jalan itu tidak terbayangkan.
Situasi itu membuat para pengendara tak sabar untuk saling mendahului. Tak ayal, trotoar pun menjadi sasaran pengendara motor untuk melawan kemacetan.
Dari depan gerbang Gelora Bung Karno (GBK) di Jalan Jenderal Sudirman, para pengendara sepeda motor sudah mengetahui celah menaikkan kendaraan mereka. Ada tepi trotoar yang bidangnya lebih rendah dari bidang lain. Bidang itulah yang dimanfaatkan oleh pengendara sepeda motor.
Pengendara sepeda motor langsung mempercepat laju kendaraannya begitu berada di trotoar, sedangkan pengendara di badan jalan justru terhenti.
Para pengendara sepeda motor yang telah hafal dengan trotoar itu menurunkan motor, kembali ke jalan, sebelum tiang pegangan pejalan kaki di atas trotoar itu.
Namun, bagi pengendara yang belum tahu, mereka akan bablas sampai di ujung trotoar atau pintu gerbang lain GBK, Istora, dan JCC yang tak jauh dari tangga Selter Polda untuk pengguna transjakarta.
Yang tidak mereka ketahui, tepat di depan gerbang itu berdiri dua polisi. Kepolisian lalu lintas ini siap memberi tilang kepada para pengendara yang melanggar.
"Waduh, Pak, maaf, saya buru-buru," kata pengendara itu kepada polisi.
Tanpa ragu, polisi mengeluarkan satu berkas catatan dan menuliskan identitas pengendara serta sepeda motornya.
!break!Polisi yang lain sibuk mengatur arus lalu lintas, antara lain bagi bus yang berhenti sembarangan sehingga membuat kemacetan kian mengular.
Sementara itu, pengendara lain di belakang pengendara yang kena tilang akan sibuk memundurkan sepeda motor. Ada pula yang mengalami kesulitan mengeluarkan sepeda motor dari trotoar karena ada sebatang besi pemisah di tengahnya.
Meskipun sama-sama panik, para pengendara ini justru saling membantu mengeluarkan sepeda motor dari trotoar selebar sekitar 1,5 meter itu. Setelah berhasil keluar dari trotoar, mereka bisa kembali ke jalan raya.
Pejalan kaki mengeluh
Aksi pengendara sepeda motor yang "menguasai" trotoar itu membuat sejumlah pejalan kaki mengeluh. Mereka merasa tidak nyaman dengan keberadaan motor di atas trotoar.
"Jelas tidak enak. Kami jalan di jalur yang benar. Mereka seenaknya naik," kata Vania (26), pekerja di salah satu bank.
"Itu dia, saya juga bingung. Emang mereka maksudnya sama kayak kita. Sama-sama mau sampai cepat, tetapi salah cara," ujar Taufik (28), seorang karyawan di perusahaan desain.
"Kita sampai minggir-minggir pas jalan. Jadi dekat tembok. Padahal, trotoar ini luas. Malu sama bule yang suka lewat, masa Jakarta jadi contoh kayak gini," ungkap pejalan kaki lain, Abel.
Kondisi ini memang terlihat saat para pejalan kaki harus menepi ke dekat pagar Senayan itu. Mereka terpaksa berjalan di bawah tangga jembatan penyeberangan selter transjakarta.
Sesekali, tanpa sadar, para pejalan kaki ini berjalan dekat dengan sepeda motor. Para pengendara sepeda motor yang cukup mahir pun mampu bermanuver menghindari pejalan kaki.
Ini juga menjadi ketakutan tersendiri bagi pejalan kaki. "Wajar bila mereka suka (bisa) ngeles belokan. Mereka kan sering di jalan. Kalau kita yang jalan kaki ambil lurus aja," kata Abel.
"Coba mereka jadi kita. Pasti takut kena tabrak. Sejago apa pun mereka gaya di motor, ya siapa tahu tiba-tiba kena (pejalan kaki). Kalau gitu, memangnya mereka (pengendara) motor mau tanggung jawab?" tambah Dara, teman Abel.
!break!Harapan bagi pemerintah baru
Dengan perasaan resah setiap hari saat menggunakan trotoar, mereka pun mengutarakan segudang harapan untuk pemerintahan baru. Mereka ingin semua fasilitas dikembalikan sesuai dengan fungsinya.
"Jokowi kan baru dilantik. Menterinya juga sudah ada. Tidak ada salahnya memperhatikan hal kecil seperti trotoar ini. Itu juga buat buktikan bahwa pemerintahan mereka lebih maju," kata Dara.
"Kalau saya mau bilang untuk Jakarta aja. (Semoga) pemerintahan nanti yang dipegang Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) bisa perbaiki ini semua," ucap Hasyif (24).
"Intinya, semua yang terbaik buat Jakarta kita dukung. Perubahan, terus tambahan buat transportasi masyarakat, juga secepatnya deh. Biar (fasilitas) semacam trotoar bisa kepakai benar-benar," tutur teman Hasyif, Elsa.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR