Gereja Inggris siap mengadopsi undang-undang untuk menahbiskan sejumlah uskup perempuan tahun depan.
Sinode Umum Gereja Anglikan memutuskan untuk menyokong rencana pengangkatan para uskup perempuan tersebut pada Juli lalu. (Baca di sini)
Langkah tersebut menyebabkan perbedaan pendapat di antara para pemeluk Anglikan.
Kalangan konservatif tidak setuju dengan rencana ini, sedangkan kalangan progresif mendukungnya.
Posisi perempuan di Gereja Anglikan berkembang drastis selama 20 tahun terakhir. Pada 1994, para pendeta perempuan pertama kali ditahbiskan sejak gereja tersebut berdiri pada abad ke-16.
Namun sejak 1994, kaum hawa belum beranjak dari posisi tersebut.
Mengubah budaya
Wartawan BBC untuk urusan keagamaan, Caroline Wyatt, mengatakan penahbisan uskup perempuan merupakan tahap simbolis utama dalam proses yang panjang, tapi itu jelas merupakan salah satu peristiwa yang signifikan.
Sejumlah surat lamaran dari pendeta perempuan sudah dipertimbangkan untuk mengisi kekosongan di Keuskupan Southwell dan Nottingham, meskipun tidak ada pengumuman yang dibuat sampai Januari 2015.
Sejumlah uskup baru bakal segera ditunjuk untuk memimpin Keuskupan Gloucester, Oxford dan Newcastle.
Keputusan itu disambut baik oleh sejumlah juru kampanye yang melihat hal ini sebagai langkah perubahan untuk memperluas partisipasi para perempuan dalam gereja.
Pendeta Jane Hedges, pendeta tertinggi perempuan pertama dari Norwich, mengatakan dia mengira tidak akan melihat hal itu terjadi sampai dia pensiun.
Dia berpikir bahwa "orang-orang terkejut melihat betapa cepatnya perempuan diterima sebagai pendeta".
Namun, dia menambahkan bahwa proses menjadi uskup memerlukan tahap yang panjang.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR