Wicaksono Dwi Nugroho, salah satu arkeolog dari BPCB Jatim, menjelaskan kepada National Geographic Indonesia bahwa titik lokasi bangkai kapal tersebut sebenarnya telah ditemukan sejak April 2021. Namun, tim baru bisa melihat jelas kondisi bangkai kapal tersebut pada Oktober ini ketika arus di Laut Brondong tenang.
Adapun pada bulan-bulan sebelumnya, termasuk pada April, arus di perairan tersebut cukup kencang sehingga lumpur bawah laut teraduk-aduk. Lumpur dasar laut yang teraduk-aduk ini membuat air sangat keruh sehingga sulit bagi para penyelam dan arkeolog bawah air untuk melihat bangkai kapal tersebut.
Wicak, sapaan Wicaksono, memaparkan bahwa bangkai kapal tersebut ditemukan dalam posisi miring. Bangkai kapal ini melintang di posisi barat daya ke timur laut. Sementara cerobong asapnya yang berdiri di tengah kapal, karena posisi kapal miring, jadi mengarah ke barat laut.
Baca Juga: Berkunjung ke Gombong, Jangan Lupa Mampir ke Benteng Van Der Wijck!
Bagian terbawah kapal tersebut berada di dasar laut, di kedalaman 54-55 meter. "Bagian teratas kapal ada di kedalaman 34-36 meter," kata Wicak. Dari selisih kedalaman ini, dapat diperkirakan secara kasar bahwa lebar bangkai kapal tersebut adalah sekitar 18 meter.
Wicak juga menambahkan bahwa menurut perkiraan sementara berdasarkan hasil survei timnya yang menyelam ke sana, bangkai kapal tersebut memiliki panjang sekitar 100 meter dan cerobong asap yang menonjol setinggi tiga meter. Dimensi ukuran bangkai kapal ini cukup mirip dengan kapal Van der Wijck.
Sebagai perbandingan, berdasarkan catatan sejarah, kapal Van der Wijck yang dibuat tahun 1921 ini memiliki panjang 97,5 meter, lebar 13,4 meter dan tinggi 8,5 meter. Berat kotornya 2.633 ton, berat bersih 1.512 ton, dan daya angkut 1.801 ton.
Beradasarkan fitur-fiturnya, menurut Wicak, bangkai kapal yang ditemukan ini juga mirip dengan kapal Van der Wick. Bangkai kapal ini memiliki tangga di bagian samping tengah, cerobong asap, dan lubang-lubang tempat penumpang. "Jelas, ini adalah kapal komersil, bukan kapal militer," ujar Wicak.
Baca Juga: Taman Sejarah Bawah Laut Gallipoli, Makam Kapal Perang HMS Majestic
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR