The Queenslander juga menuliskan soal proses evakuasi yang melibatkan banyak orang, mulai dari sejumlah nelayan setempat, pilot pesawat terbang, hingga kapal Angkatan Laut Belanda. Sebanyak 153 dari 253 orang penumpang berhasil diselamatkan.
Saat kapal Van der Wijck tenggelam, sejumlah warga yang tinggal di pesisir Pantai Brondong juga berperan dalam menyelamatkan banyak penumpang. Sebagai ucapan terimakasih kepada warga dan untuk mengenang tenggelamnya kapal mewah tersebut, Pemrintah Hindia Belanda mendirikan Monuman Van der Wijck.
Monumen Van der Wijck berdiri kokoh di kawasan pantai Brondong dan berbentuk seperti pos pemantau setinggi 15 meter berwarna kuning dan biru. Terdapat dua prasasti di dinding barat dan timur monumen. Prasasti terbuat dari pelat besi bertuliskan dalam bahasa Belanda dan Indonesia.
Baca Juga: Perang Dunia Kedua dan Takdir 'Sophie Rickmers' di Ujung Sumatra
Keberadaan monumen tersebut adalah salah satu hal yang membuat Wicak yakin bahwa kapal Van der Wijck benar-benar tenggelam di Laut Brondong. "Monumen itu kan bukti arkeologis yang nyata," ucap Wicak.
Selain itu, Wicak juga mendapatkan kesaksian dari banyak warga setempat di pantai Brondong yang mendengar kisah tenggelamnya kapal Van der Wijck dari kakek-nenek dan orang tua mereka. Saat ditanyai soal keberadaan monumen Van der Wijck, para orang tua mereka akan selalu bercerita soal kejadian tenggelamnya kapal itu dan banyaknya penumpang yang berhasil diselamatkan oleh orang-orang tua mereka dulu.
Dalam proses pengumpulan data lokasi tenggelamnya kapal Van der Wijck dan survei penyelaman ke dalam air, Wicak juga melibatkan sejumlah nelayan dan penyelam lokal. Beberapa nelayan tua lokal dari Rukun Nelayan Belimbing di Brombong masih ingat betul daerah yang jadi tempat tenggelamnya kapal tersebut. Selain itu, beberapa nelayan dan penyelam juga sempat melihat dan menemui keberadaan bongkahan besar aneh di bawah laut di daerah tersebut.
Baca Juga: Heboh Pelaut Ditemukan Jadi Mumi di 'Kapal Hantu' di Filipina
Berdasarkan informasi yang terhimpun itulah, tim BPCB Jatim bersama dengan para penyelam lokal kemudian melakukan penyelaman dan pengambilan foto serta video atas bangkai kapal tersebut pada 19-22 Oktober 2021. Hasil foto dan video tersebut belum bisa dipublikasikan karena masih dalam proses pengolahan oleh tim BPCB dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah medapatkan izin dari Dirjen Kebudayaan barulah foto dan video tersebut bisa dipublikasikan untuk publik.
Dalam waktu dekat, hasil foto dan video yang sedang diolah itu akan segera dikomparasikan dengan foto-foto lama kapal Van der Wijck untuk membandingkan dimensi dan fitur-fiturnya. Selain itu, tim juga akan melakukan pemindaian sonar untuk memperkirakan dengan lebih pasti ukuran atau dimensi kapal tersebut.
Wicak berharap ke depannya tim bisa melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil sampel, bahkan melakukan ekskavasi bangkai kapal tersebut. Bukan tidak mungkin, bangkai kapal tersebut kelak bisa menjadi objek wisata sejarah dan arkeologi di pantai Brondong.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR