Pemerintah Amerika Serikat, Rabu (10/12), menyatakan fasilitas tahanan di pangkalan militer mereka di Bagram, wilayah di luar Kabul, Afganistan.
Laporan Komite Intelijen Senat AS, Selasa (9/12), telah merilis teknik brutal interogasi oleh Badan Intelijen Amerika (CIA) setelah serangan 11 September 2001 terhadap para tersangka yang diduga terkait Al-Qaida.
Metode yang kerap disebut sebagai teknik "menyiksa tanpa menyentuh" (no touch torture) itu beberapa di antaranya: mengguyur kepala tahanan yang tangan dan kakinya terikat (waterboarding), menempatkan tersangka dalam posisi sangat tak nyaman di ruangan sempit (stress positions), mendengarkan musik sangat kencang selama berjam-jam, dan beragam teknik penyiksaan lain.
Direktur CIA John Brennan, mengakui kesalahan sudah terjadi dengan penggunaan metode ini. Meski dia juga bersikukuh menyatakan penggunaan interogasi dengan kekerasan telah menghasilkan data intelijen yang membantu menggagalkan rencana serangan, menangkap teroris, dan menyelamatkan banyak nyawa.
Selama masa jabatan Presiden George W Bush, operasi CIA memburu Al-Qaida, yang dikenal di kalangan internal sebagai Rendition, Dention and Interrogation, berhasil menangkap dan memenjarakan 100 tersangka teroris di lokasi-lokasi hitam yang tersebar di luar AS.
!break!Beberapa negara—sebagian di Eropa—disebut mengeluarkan izin khusus bagi CIA untuk melintasi wilayah udaranya.
Salah satu "lokasi kelam" yang disebutkan dalam laporan Senat adalah sebuah fasilitas yang dikenal sebagai Salt Pit, yang berada di luar Pangkalan Udara Bagram. Pengelolaan AS atas penjara Bagram telah menjadi sangat kontroversial. Pada 2002, rumor sudah menguar soal penjara militer Bagram ini. Organisasi dan otoritas HAM sudah mulai mempertanyakan nasib sejumlah tahanan rahasia di sana.
Presiden Barack Obama menghentikan program interogasi CIA ketika mulai menjabat pada 2009, dan mengakui bahwa metode yang digunakan untuk menginterogasi tawanan Al-Qaida termasuk penyiksaan.
Sebenarnya, fakta bahwa CIA sudah memusnahkan 92 rekaman interogasinya juga otomatis membuat kita tidak mengetahui banyak tentang praktik penyiksaan.
!break!Diwarnai kekerasan
Laporan setebal 500 halaman —hasil ringkasan teredit dari 6.000-an halaman laporan berkategori rahasia— merinci cara CIA menjalankan program interogasinya.
Laporan ini mengungkapkan bagaimana para tahanan disiksa, ditampar, dan dipaksa masuk ke peti mati.
Salah satu ancaman yang dipakai dalam interogasi juga, adalah penggunaan teknik ala Russian Roulette memakai pistol.
Rectal feeding dan redehidrasi digunakan dalam metode interogasi ini sebagai alat pengontrol kelakuan, sekalipun tak ada kebutuhan medis untuk kedua tindakan tersebut.
Satu orang tahanan setidaknya diketahui yang menjalani masa tahanannya dengan telanjang dan dirantai ke lantai beton, tewas karena hipotermia di fasilitas tahanan CIA. Tahanan tersebut berada di bawah pengawasan satu petugas junior CIA yang tak punya kompetensi memadai sebelumnya.
Para tahanan juga kekurangan tidur tanpa henti selama 180 jam interogasi, dikombinasikan dengan telanjang selama pemeriksaan, berhadapan dengan aneka rupa teknik interogasi yang diwarnai kekerasan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR