Pemerintah Sierra Leone memutuskan untuk melarang perayaan Natal dan Tahun Baru secara massal karena risiko penyebaran virus Ebola.
Presiden Ernest Bai Koroma memerintahkan para serdadu bersiaga di jalan-jalan selama masa perayaan guna memastikan warga tetap berada di rumah masing-masing.
Meski Islam merupakan agama terbesar di Sierra Leone, Natal dan Tahun Baru dirayakan secara tradisional oleh masyarakat negara tersebut.
Namun, lantaran virus Ebola telah menyebar luas, pemerintah tidak mau mengambil risiko.
Dengan lebih dari 8.000 kasus dan 1.900 korban tewas, Sierra Leone tercatat sebagai negara paling parah yang terdampak Ebola di kawasan Afrika Barat.
Secara keseluruhan, di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, terdapat 6.580 korban tewas akibat Ebola.
Berdasarkan fakta itu, Presiden Koroma menduga kasus Ebola meningkat di negaranya, terutama di kawasan barat laut, seperti Port Loko dan Bombali.
Virus Ebola pertama kali diidentifikasi pada 1976 silam. Virus itu menyebabkan seseorang mengalami muntah, diare, dan pendarahan.
Virus Ebola dapat menular melalui darah, muntah, feses, dan cairan tubuh dari manusia pengidap Ebola ke manusia lain. Virus juga bisa ditemukan dalam urin dan cairan sperma.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR