Orang-orang di tempat lain di kekaisaran Ottoman mulai menggunakan kata "Istanpolin," yang berarti "ke kota" dalam bahasa Turki. Kata ini diadaptasi dari frasa Yunani "ke kota" atau "eis tan polin" untuk menggambarkan wilayah pusat kekusaan baru kekaisaran Ottoman. Secara bertahap, Istanpolin menjadi lebih banyak digunakan, tetapi nama resminya tetap Konstantinopel.
Seiring berlalunya abad, bahasa sehari-hari berubah sedikit demi sedikit, sehingga sebutan Istanpolin akhirnya menjadi Istanbul.
Setelah kekalahannya dalam Perang Dunia I, kesultanan Kekaisaran Ottoman dihapuskan pada tahun 1922, dan Republik Turki lahir pada tahun 1923, menurut Britannica.
Baca Juga: Kerangka Prajurit Bizantium dengan Rahang Emas Ditemukan di Yunani
Tak lama kemudian, pada tahun 1930, layanan pos Turki memutuskan bahwa beberapa klarifikasi harus dilakukan, dan memilih untuk menjadikan Istanbul sebagai nama resmi kota tersebut. Institusi lain segera menyusul. Pada tahun yang sama, Departemen Luar Negeri AS dan pemerintah lain di seluruh dunia mulai menggunakan Istanbul dalam komunikasi resmi mereka.
Jadi, sulit untuk mengatakan secara pasti kapan Konstantinopel menjadi Istanbul karena pada saat kota itu diresmikan, orang-orang telah menggunakan Istanbul dan variasi nama itu selama berabad-abad. Mustahil untuk menentukan kapan transisi dari kata Instanpolin ke Instabul terjadi dalam percakapan populer karena bahasa berkembang secara bertahap.
Yang jelas, sampai hari ini jejak sejarah Istanbul dari banyak nama tersebut tetap hidup dalam susunan budaya kota ini, kata Herzog. "Sebagai ibu kota kekaisaran yang membentang di tiga benua selama berabad-abad, ada banyak kelompok orang yang tinggal di sana."
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR