Sebanyak 57 penyelam di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh akan mencari korban dan serpihan pesawat AirAsia QZ8501, Sabtu (3/1) siang. Sebuah briefing diberikan pada Jumat (2/1) malam.
Wartawan Kompas.com ada di kapal yang sama dengan para penyelam tersebut. Dalam briefing, tim penyelam gabungan dari Komando Pasukan Katak (Kopaska), Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambair), dan Marinir ini bicara soal strategi dan teknis penyelaman.
Observasi
"Pertama, kita terjunkan tim untuk observasi terlebih dahulu," kata komandan tim penyelam, Wido Dwi, di depan pasukan selam gabungan itu, di dek KRI Banda Aceh. Tim observasi, ujar dia, bertugas mengevaluasi keadaan di bawah air hingga memastikan secara tepat lokasi jatuhnya pesawat.
Saat ini, kata Wido, ada tiga perkiraan lokasi jatuhnya pesawat yang membawa 162 penumpang dan kru itu. Koordinat pertama, sebut dia, adalah 03.54.48 lintang selatan dan 110.31.40 bujur timur, berdasarkan bayangan pesawat yang dilihat dari Pesawat Hercules.
Titik koordinat kedua adalah di 03.54.41 lintang selatan dan 110.31.07 bujur timur berdasarkan sonar yang diterima oleh KRI Bung Tomo. Adapun titik koordinat ketiga adalah di 03.55.52 lintang selatan dan 110.33.80 bujur timur, yang berasal dari gabungan data sonar KRI Bung Tomo dan Kapal Perang Amerika, US Sampson 102 yang mendeteksi bagian ekor pesawat.
!break!"Kita akan menggunakan koordinat yang terakhir karena sejauh ini diprediksi paling akurat," tegas Wido. Jika puing pesawat ditemukan, kata dia, tim observasi akan memasang tali untuk jalur masuk bagi penyelam selanjutnya. Tim obeservasi juga akan mengambil gambar berupa foto dan video untuk dokumentasi.
Tim observasi ini dibagi menjadi tiga kelompok, dengan dua penyelam di masing-masing tim. Setiap tim akan menyelam satu per satu di lokasi yang agak berjauhan. "Kalau tim pertama yang terjun belum menemukan bangkai pesawat, kita geser lokasi sedikit dan kita terjunkan tim kedua. Kalau belum ketemu juga, masih ada tim ketiga," ujar Wido.
Evakuasi
Bila puing pesawat ditemukan, lanjut Wido, penanganan selanjutnya menjadi tugas tim evakuasi. Tugas utama tim yang masing-masing beranggotakan 5 orang hingga 7 orang ini adalah mengangkat sebanyak-banyaknya jenazah.
Jenazah akan diapungkan ke atas permukaan air dengan menggunakan perangkat personal floating bag, yang disiapkan sebanyak 135 kantong.
Ketika semua jenazah sudah terangkat, tim berikutnya yang akan turun aadlah tim pencari kotak hitam pesawat. Perangkat berisi perekam data pembicaraan di kokpit dan data penerbangan terebut merupakan prioritas setelah pengangkatan semua korban, sebagai pembuka kunci tentang apa yang sebenarnya terjadi pada pesawat itu.
Sesudah kotak hitam ditemukan, lanjut Wido, barulah serpihan pesawat akan diangkut. Jika serpihan tak terlalu besar, pengangkatan dilakukan dengan floating bag yang bisa mengangkat beban berbobot 500 kilogram hingga 2 ton, tergantung jenisnya. Setiap tim penyelam membawa lima kantong pengambang itu dengan jenis yang berbeda-beda.
!break!Standar keamanan
Briefing Wido berikutnya adalah soal standar keamanan. Semua penyelam, tegas dia, harus mematuhi standardisasi tersebut.
Para penyelam diwajibkan memakai sarung tangan untuk mencegah penularan penyakit atau infeksi kuman dalam kontak dengan jenazah korban. "Kalau tangan kita lecet sedikit saja, darah (atau jaringan) korban bisa masuk," kata dia.
Wido juga menyarankan para penyelam menggunakan masker untuk menyamarkan bau menyengat dari jenazah. Dia pun mengatur teknik komunikasi di antara para penyelam di bawah air dengan tim yang ada di permukaan.
Setiap penyelam akan diikat dengan tali ke permukaan. Selain untuk pengamanan, tali itu juga menjadi sarana komunikasi. "Satu kali tarikan artinya oke, aman, dan positif. Dua kali tarikan artinya bahaya. Empat kali tarikan artinya (penyelam) naik (ke permukaan)," papar Wido.
Terakhir, Wido mewajibkan penyelam untuk selalu bersama-sama selama di bawah air. Penyelam yang terpisah dari rekan satu timnya, diwajibka untuk langsung naik ke permukaan.
"Lepas dari partner, langsung naik, tidak ada toleransi! Kita adalah bagian dari tim SAR (Search and Rescue), jangan sampai malah nantinya kita yang di-SAR," tegas Wido.
Sabtu pagi
Pagi ini, KRI Banda Aceh masih bersandar di lokasi yang berjarak sekitar 20 mil dari daratan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Kapal ini sebelumnya juga bertugas memindahkan jenazah yang ditemukan kapal pencari lain ke daratan.
Jenazah-jenazah tersebut dibawa ke KRI Banda Aceh karena di kapal ini ada sarana landasan berikut helikopter untuk menerbangkan jasad-jasad itu ke daratan. Setelah semua jenazah dipindahkan dari kapal ini, barulah pencarian puing kapal oleh para penyelam di KRI Banda Aceh akan dilakukan.
Jarak antara lokasi kapal melepas jangkar pada saat ini dengan koordinat lokasi pencarian adalah sekitar 50 mil. Diperkirakan, butuh 4 jam untuk kapal bergeser ke lokasi itu. Briefing Wido adalah semacam pengulang untuk memastikan tahap dan prosedur upaya pencarian berlangsung optimal.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR