"Biasanya air jenazah itu memang gitu, tapi lebih parah hari ini, lebih kuning gitu, baunya juga," ungkapnya.
Layaknya pegawai kantoran pada umumnya, Sarinah bekerja selama delapan jam dalam sehari. Selama delapan jam itu pula, ia harus membersihkan lantai berkali-kali apabila pengiriman jenazah dilakukan berkali-kali pula.
Untuk menyiasati bau tak sedap, Sarinah memiliki cara jitu. Setiap kali jenazah itu tiba, ia segera mengenakan masker yang sebelumnya telah dilumuri minyak kayu putih. Cara itu rupanya dianggap cukup ampuh untuk menekan bau tak sedap. Setidaknya, perhatian Sarinah sedikit teralihkan dari bau yang tak diinginkannya.
"Ini masker dikasih minyak kayu putih dulu. Kalau enggak nanti saya bisa muntah," tuturnya.
!break!Seperti anak sendiri
Rasa iba selalu hadir manakala jenazah tiba di rumah sakit. Anis mengatakan, membersihkan cairan jenazah ibarat menolong orang lain yang sangat membutuhkan pertolongan kita. Landasan utama yang mendasarinya yaitu saling tolong-menolong.
Ia bercerita, pernah suatu waktu ia mendapat tugas untuk merawat orang tua yang menjadi pasien rumah sakit. Orang tua itu sudah sudah cukup sepuh, untuk dapat melakukan aktivitas yang memerlukan banyak gerakan. Kondisi ini semakin parah manakala orang tua itu sudah tak memiliki keluarga lain yang dapat menolongnya.
"Waktu itu ada orang tua yang enggak ada keluarganya, buang air besar saya tolong, apalagi ini? Kita ini sama-sama manusia, hanya nasib yang membedakan kita semua," katanya.
Dari sekian jenazah yang tiba di RSUD Imanuddin, tak semuanya adalah orang dewasa. Ada sejumlah jenazah anak-anak yang berhasil ditemukan tim SAR gabungan dalam upaya pencarian ini.
Sarinah mengaku, sempat dirinya menitikkan air mata saat ada jenazah anak-anak berhasil ditemukan. Saat itu, ia kebetulan mendapatkan tugas untuk membersihkan cairan di dalam posko DVI. Ia melihat bagaimana tim DVI bekerja menyiapkan sebaik mungkin jenazah anak itu agar dapat segera teridentifikasi.
"Enggak tega aja ya ngelihatnya. Kemarin lihat jenazah anak kecil, saya seperti melihat anak saya sendiri," kisahnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR