Aktivitas manusia telah mendorong bumi berada pada ‘zona berbahaya’, itulah peringatan yang diberikan tim ilmuwan Internasional.
Perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati, perubahan pemanfaatan lahan, serta siklus biogeokimia yang juga berubah menjadi hal mendasar terjadinya pergeseran fungsi bumi. Inilah zona berbahaya yang telah dilewati bumi.
Sementara itu peneliti juga sudah mengidentifikasi beberapa batasan atau zona berbahaya yang nyaris dihadapi bumi. Seperti penipisan ozon, pengasaman laut, penggunaan air tawar berlebihan, partikel mikroskopis dalam pencemaran udara, dan jejak emisi manusia yang memperparah perubahan iklim.
Dalam jurnal Science ilmuwan mengungkap perubahan-perubahan itu akan mengacaukan interaksi antara manusia, laut, tanah, hingga atmosfer. Ketika manusia telah melewati batas yang dapat ditoleransi bumi, maka planet ini menjadi kurang ramah, bersifat merusak sehingga mengancam keselamatan.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, kita perlu berhubungan dengan risiko mendestabilisasi bumi,” ujar salah satu peneliti Johan Rockström seperti dikutip ABC Science, Jumat (16/1).
“Perubahan iklim telah menambah risiko manusia terpapar karbon hingga di atas 350 ppm,” kata Will Steffen.
Menurut Steffen, saat ini Bumi telah berada pada tingkat karbon hingga 400 ppm. Dampaknya sangat terlihat seperti peningkatan kejadian cuaca ekstrim, menyusutnya es di kutub. Dengan penemuan ini peneliti berharap akan membantu keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Meski peneliti menyadari bahwa hal tersebut bukanlah perkara mudah. Buktinya harga makanan yang terus merosot karena disebabkan cuaca buruk. Harga komoditas meningkat karena kelangkaan energi dan bahan pokok lainnya. Hal-hal tersebut terjadi karena tidak seimbangnya pengelolaan ekonomi dengan lingkungan.
Namun Steffen memberikan sedikit pencerahan bahwa tinggal dalah zona berbahaya belum tentu membahayakan kesejahteraan dan kenyamanan manusia. “Kita harus pintar dan terus berinovasi,” paparnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR