Di sisi lain, Anda sering melihat guru anda membuang puntung rokok ke pot. Anda mendapat perintah mencetak tugas tanpa bolak-balik di kertas A4 90 gram berjarak dua spasi dengan font 14 dengan alasan memudahkan sang guru memeriksa seluruh pekerjaan rumah Anda yang banyak.
Anda diperintahkan membawa kantong sendiri saat berbelanja tapi di sekolah anda jumpai tumpukan plastik dan styrofoam tempat makan para guru. Otak anda menjadi sangat bingung.
Akibatnya, Anda tak lagi peduli meski perubahan iklim sudah secara nyata Anda rasakan. Telinga dan mata anda tak lagi mempan melihat banjir bandang atau pecahnya lapisan es di Antartika yang begitu masif bergaung. Anda hanya berpikir bagaimana membangun karier dan keuangan pribadi dan dapat mencapai sukses pada usia sedini mungkin. Itulah intisari pendidikan yang selama ini anda serap dari perilaku orang tua, guru, dan teman-teman.
Inilah wajah pendidikan yang keliru.!break!
Beberapa rekan pengamat dan sesama pendidik mengakui bahwa permasalahan terbesar pendidikan di Indonesia bukanlah murid yang bodoh atau ketiadaan dana. Masalah terbesarnya adalah tidak adanya transfer gaya hidup dan perubahan paradigma.
Pendidikan hanya sekedar buku teks, itupun masih banyak bermasalah. Padahal, Indonesia tidak kekurangan pemenang olimpiade.
Akan tetapi mengapa negara kita yang supercerdas ini punya angka yang juga super dalam hal korupsi yang dilakukan justru oleh orang-orang terpelajar? Karena pendidikan kita adalah pendidikan buku teks, bukan pendidikan kehidupan.
Itu sebabnya tidak mudah jika kita sudah masuk ke arena lingkungan hidup yang terdiri dari dua terminologi yaitu "lingkungan" dan "hidup".
Perubahan paradigma dan transfer gaya hidup tentu saja membutuhkan proses yang sangat panjang. Meski demikian, kita tidak akan pernah mencapai tujuan jika tidak pernah memulainya. Semua dimulai dari ruang terkecil yakni keluarga, teman, dan sekolah. Setelah itu, media dan masyarakatlah yang kemudian memegang peranan pendidikan berikutnya yang membentuk pribadi anda.
Masa depan terletak di tangan anak muda. Merekalah yang kelak akan duduk sebagai pembuat kebijakan lingkungan hidup. Anak muda identik dengan semangat dan idealisme yang tinggi. Bahkan banyak para pakar dan sesepuh lingkungan hidup yang banyak berharap pada transisi anak muda yang diharapkan mampu memutar haluan ke arah lebih baik.!break!
Sekali lagi, pendidikan membutuhkan proses dan kerja sama dari semua pihak mulai dari orang tua, guru, hingga masyarakat dan pemerintah.
Kebijakan pendidikan yang salah akan berakibat fatal pada sekolah karena mereka juga akan mengajarkan hal yang keliru pada murid-murid dan orang tua. Sebaliknya jika orang tua paham, mereka dapat memutar haluan yang keliru tersebut dan memperbaikinya melalui contoh nyata melalui gaya hidup sehari-hari.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR