Atau, akibat berkurangnya hutan lindung bagi habitat liar dan perubahan suhu global, banyak hewan pembawa virus bermigrasi. Virus ini kemudian bisa menyebar pada kita, ketika 'dunianya' terpaksa harus berdampingan dengan manusia.
Andy Haines salah satu penulis makalah dari Department of Public Health di London School of Hygiene & Tropical Medicine, Inggris berujar, "Ini tidak hanya mengubah wilayah di mana virus berada, tetapi kemungkinan besar berpotensi adanya interaksi baru antara hewan dan virus, menyebabkan lebih banyak virus berbahaya ditularkan atau berkembang."
Selain virus dan parasit, perubahan iklim juga ternyata membuat manusia makin rentan terkena penyakit mental.
Survei yang dilakukan Lynas dan tim ini menggunakan perangkat lunak untuk mencari makalah, khususnya yang skeptis menanggapi perubahan iklim akibat aktivitas manusia. Algoritem mereka mencari kata 'matahari', 'sinar kosmik', dan 'siklus alam' yang kerap dipakai sebagai kata kunci penelitian skeptis.
Baca Juga: Perubahan Iklim: Permasalahan yang Memicu Krisis Kesehatan Masyarakat
Para peneliti mengeklaim bahwa temuan terbaru ini melengkapi survei sebelumnya pada 2013. Pada studi yang lama, ada 97 persen makalah yang diterbitkan sejak 1991 hingga 2012, yang mengungkap bahwa aktivitas manusia adalah sumber perubahan iklim.
Lynas menerangkan, jika hasil studi 2013 yang mengungkap 97 persen mendukung bahwa manusia penyebabnya masih menyisakan keraguan, temuan saat ini lebih jauh untuk menghilangkan ketidakpastian itu.
"Untuk memahami di mana ada konsensus, Anda harus bisa mengukurnya," terang Lynas. "Itu berarti mensurvei literatur dengan cara yang koheren dan tidak sembarangan untuk menghindari perdagangan makalah yang tidak tepat, yang seringkali merupakan cara untuk berargumen [terkait perubahan iklim] ini dilakukan di ruang publik."
Baca Juga: Bukan Manusia, Perubahan Iklim yang Cepat Memusnahkan Mamut Berbulu
Source | : | phys.org,IOP Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR