Baca Juga: Temuan Baru Patung Alexander Agung Ungkap Sejarah Kuno Kota Alexandria
Menurut sumber utama, pernikahan mereka sangat kacau karena volatilitas Philip dan ambisi Olympias dan dugaan kecemburuan, yang menyebabkan kerenggangan mereka yang semakin besar. Keadaan mereka menjadi jauh lebih kacau pada tahun 337 Sebelum Masehi ketika Philip menikahi seorang wanita bangsawan Makedonia sekaligus keponakan Attalus, yang diberi nama Eurydice oleh Philip.
Pada pertemuan setelah pernikahan keduanya, Philip gagal mempertahankan klaim Alexander atas takhta Makedonia ketika Attalus mengancam legitimasinya. Hal ini menyebabkan ketegangan besar antara Philip, Olympias, dan Alexander.
Setelah kematian Alexander Agung di Babel pada 323 Sebelum Masehi, istrinya Roxana melahirkan putra mereka, bernama Alexander IV. Ia dan pamannya, Philip III Arrhidaeus, saudara tiri Alexander Agung, tunduk pada Perdiccas yang mencoba memperkuat posisinya melalui pernikahan dengan putri Antipater, Nicea.
Olympias menawarkan Perdiccas putrinya, Cleopatra, saudari Alexander Agung. Perdiccas memilih Cleopatra, yang membuat marah Antipater, yang bersekutu dengan beberapa Diadochi lainnya, menggulingkan Perdiccas.
Baca Juga: Makam Bendahara Kerajaan Firaun Mesir Ditemukan di Nekropolis Saqqara
Setelah Antipater mati, Polyperchon menggantikan Antipater pada 319 Sebelum Masehi sebagai wali. Namun putra Antipater, Cassander, mengangkat putra Philip II, Philip III (Arrhidaeus) sebagai raja dan memaksa Polyperchon keluar dari Makedonia. Dia melarikan diri ke Epirus, membawa Roxana dan putranya Alexander IV bersamanya, yang sebelumnya ditinggalkan dalam perawatan ibu Alexander Agung.
Pada awalnya Olympias tidak terlibat dalam konflik ini, tetapi dia segera menyadari bahwa dalam kasus pemerintahan Cassander, cucunya akan kehilangan mahkota. Jadi dia bersekutu dengan Polyperchon pada 317 Sebelum Masehi. Pasukan gabungan Polyperchon dan Olympias, dengan keluarga Aeacides, kemudian menyerbu Makedonia untuk mengusir Cassander dari kekuasaan.
Setelah menang dalam pertempuran dengan meyakinkan pasukan Adea Eurydice, istri Philip III, untuk berpihak pada dirinya, Olympias menangkap dan mengeksekusi keduanya pada Oktober 317 Sebelum Masehi. Dia juga menangkap saudara laki-laki Cassander dan seratus pendukungnya.
Cassander segera memblokade dan mengepung Olympias di Pydna dan salah satu persyaratan kapitulasi adalah bahwa kehidupan Olympias akan diselamatkan. Namun Cassander telah memutuskan untuk mengeksekusi Olympias dan hanya menyisakan sementara kehidupan Roxana dan Alexander IV. Mereka pada akhirnya dieksekusi juga beberapa tahun kemudian pada 309 Sebelum Masehi.
Ketika benteng Pydna jatuh, Cassander memerintahkan Olympias dibunuh, tetapi para prajurit menolak untuk menyakiti ibu Alexander Agung. Pada akhirnya, keluarga dari banyak korban Olympias merajam Olympias sampai mati dengan persetujuan Cassander, yang juga dikatakan telah menolak upacara penguburan tubuhnya.
Tidak ada yang tahu pasti bagaimana Olympias dikuburukan. Apakah dia diam-diam dikuburkan dengan penghormatan penuh oleh para pengikutnya.
Baca Juga: Temuan Alat Selam Diving Bell oleh Aristoteles untuk Alexander Agung
Menurut penulis biografi abad ke-1, Plutarch, Olympias telah menjadi anggota yang taat dari sekte pemuja ular orgiastic Dionysus, dan dia menyarankan bahwa dia telah tidur dengan ular di tempat tidurnya. Menariknya, Bidas menemukan pahatan relief ular di dalam makam besar yang ia temukan itu.
Sumber-sumber kuno menyatakan bahwa dewa Amon Zeus, yang berubah menjadi ular, diketahui mengunjungi kamar tidur Olympias. Selain itu, Olympias juga sering menyatakan bahwa Alexander Agung adalah putra Amon Zeus, bukan putra Philip II yang fana.
Arkeolog menyatakan, bagaimanapun, studi lebih lanjut harus dilakukan. Selain itu, tinjauan dari komunitas ilmiah juga diperlukan sebelum makam besar ini secara resmi bisa ditetapkan sebagai makam Olympias sang ibunda Alexander Agung.
Source | : | Geek Reporter |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR