Seorang perempuan, yang terus-menerus dirundung dan dilecehkan karena penampilan fisiknya, membuat perubahan dan menginspirasi jutaan orang.
Ketika Lizzie Velasquez berusia 17 tahun, dia menyaksikan sebuah video di laman YouTube berjudul "Perempuan Paling Buruk Rupa Sedunia". Video berdurasi delapan detik dan ditonton sebanyak 4 juta kali itu ternyata menampilkan dirinya.
"Saya terkejut. Namun, yang paling membuat saya mual ialah saat saya mulai membaca komentar-komentar video tersebut," kata Velasquez, mengenang kejadian sembilan tahun lalu.
Salah seorang menulis, "Mengapa orangtuanya memelihara dia?". Lainnya, menulis, "Bakar dia sampai mati". Beberapa orang bahkan menyarankan Lizzie bunuh diri dan mengatakan mereka akan buta jika melihatnya secara langsung di jalan. Komentar-komentar yang berjumlah ribuan tersebut membuat Lizzie gemetar.
"Saya menangis beberapa malam. Sebagai seorang remaja, saya berpikir hidup saya selesai. Saya tidak bisa membicarakannya dengan orang lain," ujarnya.
Lizzie memang terlahir berbeda. Ketika muncul ke dunia, bobotnya hanya mencapai 1,2 kilogram. Kini, pada usia 26 tahun, berat tubuhnya mencapai 27 kilogram.
Lizzie mengidap sindrom marfan dan lipodystrophy. Kedua sindrom itu mengakibatkan dia tidak bisa menaikkan bobot tubuh, seberapa pun makanan yang dia asup. Karena badannya tidak mampu menyerap gizi, tulangnya mudah patah dan sulit pulih bila terkena infeksi.
Di rumah sakit, dia kerap menjalani operasi, mulai dari operasi mata, telinga, hingga kaki. Mata kanan Lizzie sama sekali tidak bisa digunakan untuk melihat, sedangkan mata kirinya rusak.
Kondisi tersebut mengakibatkan penampilan fisik Lizzie berbeda. Akibatnya, dia kerap dirundung atau di-bully oleh teman-temannya dan orang yang tidak mengenalnya.
Penuh cinta
Namun, di rumah, Lizzie dipenuhi oleh cinta kedua orangtuanya, Rita dan Lupe. Sejak Lizzie lahir, mereka tidak pernah menyesali penampilan putri mereka.
Karena dorongan orangtuanya juga, Lizzie mampu berpikir positif meskipun dia dirundung dan dilecehkan. Kekuatan itulah yang mampu membuat Lizzie mampu tersenyum, berbuat baik kepada sesama, serta memaafkan mereka yang menghujatnya.
"Saya tidak tahu apa yang dialami orang-orang yang merundung saya. Ketika hidup saya kadang-kadang terasa sulit, mungkin mereka mengalami yang lebih buruk," ujarnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR