Jalur Rempah merupakan rute perdagangan rempah-rempah yang membentang dari Afrika Selatan sampai Tiongkok, yang melintasi kepulauan kita. Kendati dinamakan jalur rempah, pertukarannya tidak sebatas rempah tetapi juga barang-barang mewah dari kain sampai porselain. Jalur ini bukan semata pertukaran searah, tetapi juga dua arah. Di sepanjang jalur itu pula ada negeri-negeri asal pedagang saling memengaruhi dalam teknologi, tradisi, budaya, bahkan sampai perkara agama.
Rempah merupakan tanaman aromatik yang menghasilkan atsiri. Sejak beribu tahun silam sudah digunakan sebagai racikan makanan, medis, hingga ritus pemujaan.
Ahli botani tidak menggolongkan kopi dalam tanaman rempah. Namun, secara budaya, tampaknya kopi merambahi Nusantara melalui jalur rempah. Sebutan 'air kawa' atau 'kawa daun' di Sumatra Barat menunjukkan pengaruh perkenalan kopi yang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab—kawasan Timur Tengah dan sekitarnya. Kata 'kawa' berasal dari 'kahweh' dalam bahasa Arab untuk minuman anggur atau kopi—Arabic coffee.
Baca Juga: Jangan Gunakan Mesin Pembuat Kopi di Kamar Hotel! Ini Alasannya
Orang-orang Arab meracik minuman kopi dengan cara memasak bubuk kopi bersama air di atas bara api. Setelah air kopi mendidih, barulah dicampur dengan pilihan rempah seperti kapulaga, cengkih, jintan, dan saffron. Mereka tidak mencampurkan gula dalam minuman gurun itu. Biasanya, rasa manis didapatkan peminum kopi Arab dari kurma-kurma yang dihidangkan bersama kopi. Sudah menjadi tradisi di Teluk Persia bahwa kahweh disajikan untuk meyambut tetamu.
Biji-biji kopi yang menyebar ke penjuru Arabia berasal dari perkebunan-perkebunan kopi di Yaman atau dalam peta-peta kuno disebut Arabian Felix. Kita lebih akrab dengan sebutan Hadramaut, karena diaspora mereka sampai ke kota-kota besar di pesisir Nusantara.
Di Yaman terdapat pelabuhan nan ramai tempat bersinggahnya kapal-kapal dagang. Pelabuhan Mocha, namanya. Sejak zaman Romawi, pelabuhan ini sudah dikenal dalam catatan semasa. Bahkan, kemasyhurannya sampai abad ke-17, yang menjadi pusat distribusi kopi dari Yaman ke penjuru dunia.
Baca Juga: Untold Flores: Ritual Adak Pua Kopi di Colol Manggarai Timur
Perjalanan kopi dari Yaman ke arah utara, kopi merambahi kota-kota gurun Arabia seperti Mekkah dan Madinah, berlanjut ke Konstantinopel Turki sekitar 1500-an. Dari Turki, kopi mulai merambahi kawasan Eropa. Salah satu Jejak kopi tertua di kota pusat perdagangan Venesia adalah kedai kopi Florian, yang dibuka pada 1720.
Perjalanan kopi ari Yaman ke timur, kopi mulai ditanam di India pada 1670, dan tiba di Hindia Timur atau Nusantara pada 1690-an. Pondok Kopi merupakan kebun uji coba tanaman kopi yang didatangkan dari Yaman. Berikutnya,
Secara budaya, tampaknya kopi mulai merambahi Nusantara melalui pedagang-pedagang Arab yang singgah untuk berdagang. Mereka datang jauh sebelum pedagang Eropa tiba di kawasan kepulauan ini. Racikan kopi Arab masih bisa dijumpai di kota-kota pesisir, salah satunya di Pekalongan, Jawa Tengah. Kita masih menjumpai pembuatan 'kopi tahlil'—yang cara memasak dan meraciknya mirip dengan tradisi kopi di Arab. Bahkan, produk industri rumahan kopi tahlil sudah dijumpai di minimarket modern di kota itu.
Kendati demikian, sampai sekarang para sejarawan belum menemukan catatan kuat tentang pengenalan kopi sebelum orang-orang Eropa menjamah Nusantara. Namun, sebagian besar sejarawan tampaknya sepakat bahwa sebutan 'kopi' berasal dari sebuah desa di pelosok Etiopia, yakni Kaffa. Desa ini diyakini sebagai asal-usul tanaman kopi dan tradisi mengonsumsinya. Takdir riwayat perjalanan kopi keluar Afrika, mungkin mirip dengan migrasi manusia keluar dari Afrika lalu menyebar sampai ke penjuru dunia.
Baca Juga: Kopitiam, Riwayat Penyebutan Kedai Kopi Pusaka Peranakan Cina
Kopi merupakan jejak warisan tak benda perjalanan manusia. Di setiap sesapan secangkir kopi ada cerita tentang pengalaman rasa, nasib manusia, perdagangan, dan berubahnya lanskap alam karena perkebunan.
Raja Louis XIV (1638-1715) pernah meminta didatangkan bibit kopi dari Jawa. Bibit tanaman kopi asal Kampung Melayu di bantaran Ciliwung dikirim untuknya. Kopi jawa begitu melegenda setelah memenangi lelang kopi, mengalahkan kopi mocha asal Yaman. Sejak saat itu orang-orang mengenalnya dengan sebutan "Java koffie"
Gelaran Reconnect Vol.1 dibuka oleh Kanda Brothers dan HAI Demos, yang berlanjut dengan Fun Brewing Workshop bersama Teddy Krisnawan (Warna X Kopi), dan diakhiri dengan Mobile Photography Workshop bersama @anakdolan dan National Geographic Indonesia yang menyajikan cerita-cerita tentang perjalanan kopi melalui jalur rempah di Nusantara.
Baca Juga: Mengapa Kita Lebih Kreatif dan Produktif Saat Bekerja di Kedai Kopi?
Faisal Anwari Lubis, Community Officer Saya Pejalan Bijak, mengatakan bahwa kopi dan fotografi sudah menjadi kebutuhan banyak kalangan, dari tua sampai muda. Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini setiap orang yang hanya bermodalkan gawai sudah bisa menghasilkan sebuah foto yang indah. Kopi dan fotografi, dua kegiatan yang biasa dilakukan dengan diiringi oleh musik.
"Lewat Reconnect ini dapat menghubungkan kolaborasi bersama kawan-kawan komunitas untuk saling berbagi informasi bahwa musik, kopi dan foto itu memiliki ikatan yang kuat," ujarnya. "Kopi bukan sekadar rasa, ada cerita di balik soal biji kopi."
Simak Reconnect volume berikutnya berdama HAI dan Saya Pejalan Bijak.
Penulis | : | Grid Network |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR