Nationalgeographic.co.id—“Kenyataan ini menyulitkan penuturan kisah, karena bercerita sejujur-jujurnya mengenai diri sendiri, tidaklah bisa dibilang gampang,” ungkap K’tut Tantri dalam autobiografinya yang bertajuk Revolt in Paradise. Dia menulis dengan gaya roman berdasar pengalamannya di Indonesia sekitar 1934 hingga awal 1947. Buku riwayat hidup itu diterbitkan pertama kali oleh Harper & Brother di New York, Amerika Serikat pada 1960.
Revolt in Paradise telah diterjemahkan lebih dari selusin bahasa. Pada 1965, PT Gunung Agung menjadi penerbit pertama di Indonesia yang merilisnya dengan judul Revolusi di Nusa Damai. Kata sambutannya oleh Presiden Sukarno, dan diikuti sederet para menteri: Chaerul Saleh, A.H. Nasution, Ruslan Abdulgani, Adam Malik; juga seorang mantan menteri, Bung Tomo; dan seorang pejabat jawatan negara, Hoegeng. Belakangan, pada 1982, PT Gramedia menerbitkan ulang autobiografi itu dalam edisi bahasa Inggris. Kemudian, pada 2006, Gramedia Pustaka Utama menerbitkan kembali dalam dua edisi bahasa.
Dia adalah seniman lukis berambut merah, berbadan pendek untuk ukuran orang bule. Nama sejatinya adalah Muriel Stuart Walker. Lahir pada 1899 di Glasgow, Skotlandia, Britania Raya. Anak dari pasangan James Hay Stuart Walker dan Laura Helen Quayle, asal Pulau Man. Dia juga mengaku memiliki darah bangsa Viking yang dikenal pemberani dan gemar petualangan.
Siapakah sejatinya Anak Agung Nura dan Anak Agung Gede dalam Revolt in Paradise? Peneliti asal Swedia menyingkap sebagian tabir K'tut Tantri.
Halaman selanjutnya...
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR