Penurunan Jumlah Spesies
Di ketinggian puncak Schrankogel di Austria, Daniela Hohenwallner dari University of Vienna mengambil contoh lumut untuk mencari dampak perubahan iklim. Pemanasan yang cepat di lingkungan pegunungan menyebabkan tumbuh-tumbuhan pindah ke tempat yang lebih tinggi agar tetap berada dalam relung habitatnya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemadatan spesies yang kemudian terjadi di puncak gunung mungkin akan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati di kawasan itu karena persaingan untuk mendapatkan ruang yang meningkat—perubahan yang telah diramalkan oleh model iklim satu dasawarsa yang lalu.
Pola Energi
Ini ilmu ekonomi sederhana: Jika penghasilan setara pengeluaran, saldo di rekening bank tak akan berubah. Seperti rekening tabungan, Bumi juga punya “rekening energi”. Setiap detik radiasi Matahari sampai ke Bumi dalam jumlah yang cukup konstan. Sekitar 30 persen dipantulkan kembali, sementara benua, samudra, dan atmosfer menyerap 70 persen sisanya. Saat “pendapatan” energi berakumulasi, Bumi juga membelanjakannya—meradiasikan energi panas yang tersimpan, kembali ke luar angkasa. Sepanjang sejarah manusia, energi yang diterima dan dikeluarkan selalu setara, jadi suhu total Bumi menjadi kurang lebih tetap. Namun, sepertinya hal itu berubah. Bumi menyimpan panas melalui gas atmosferis—uap air berbentuk awan, CO2, metana, dan lain-lain—yang memerangkap sebagian panas yang diradiasikan permukaan planet. Inilah efek rumah kaca yang terkenal. Tanpa itu, menurut seorang profesor dan peneliti iklim Harvard, Steven Wofsy, suhu dunia akan berada di sekitar minus 20°C. “Efek rumah kaca adalah fenomena alam, namun kita manusia yang mempermainkannya,” ujarnya. Aktivitas manusia, termasuk membakar bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak untuk industri dan transportasi, meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca secara dramatis, menaikkan level CO2 sekitar 36 persen lebih tinggi daripada saat abad ke-18, sebelum revolusi industri mengakibatkan adanya penggunaan batu bara secara luas. Kontribusi umat manusia kepada atmosfer ini menyebabkan meningkatnya kinerja termostat di rumah kaca.
!break!Gas rumah kaca memerangkap panas
Energi Matahari diserap dan dipantulkan oleh atmosfer dan Bumi. Permukaan bumi meradiasikan energi Matahari yang diserap, ke luar angkasa. Gas rumah kaca menyerap panas yang diradiasikan melalui atmosfer. Gas meradiasikan kembali panas ke segala arah. Sebagian besar tetap di atmosfer. Lebih banyak gas, artinya lebih banyak panas terperangkap di atmosfer.
Gas rumah kaca berbeda
CO? sejauh ini adalah gas rumah kaca paling berlimpah yang dibuat manusia. Namun, metana and dinitrogen oksida lebih berpotensi dan konsentra-sinya juga meningkat. Molekul demi molekul, dinitrogen oksida memerangkap panas 200 kali lipat daripada karbon dioksida.
Berapa lama Gas bertahan
Metana dan N2O bertahan di atmosfer selama 12 dan 114 tahun; CO2 selama berabad-abad.
Siklus Karbon
Karbon, elemen dasar kehidupan, selalu berpindah antara atmosfer, samudra, dan daratan. Bahkan saat tanaman mengambil sejumlah besar karbon dioksida dari udara, perubahan penggunaan lahan seperti konversi hutan menjadi lahan pertanian di Basin Amazon (kiri) menambah karbon di atmosfer. Proses pembentukan cangkang krustasea laut (kanan), menyerap sejumlah besar karbon. Proses geologis yang perlahan, seperti pembentukan batu bara atau gas alam, mengasingkan karbon di dalam tanah.
Hal ini membentuk jaringan kompleks siklus karbon. Salah satu fungsinya adalah mengendalikan karbon dioksida atmosferis, yang berpengaruh terhadap banyaknya panas Matahari yang diserap Bumi.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR