Selama sejarah manusia, kebanyakan besar siklus ini berputar perlahan dan konstan. Namun, aktivitas kita setidaknya satu abad terakhir membuatnya berputar terlalu cepat, ujar Pieter Tans, peneliti iklim di National Oceanic and Atmospheric Administration. “Manusia mengambil material yang disisihkan perlahan dalam siklus karbon dan membakarnya dalam bentuk bahan bakar fosil dengan cepat,” katanya. “Dalam waktu lama siklus karbon hampir berada dalam keseimbangan. Kini, setiap tahun kita membuang sekitar 16.000 kilometer kubik karbon dioksida ke atmosfer.”
Karbon Berpindah
Atmosfer, daratan, dan lautan memiliki simpanan raksasa yang mengeluarkan karbon dan menyerapnya dalam siklus alami, seperti siklus air di Bumi. Namun, selama 200 tahun terakhir, manusia memindahkan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer melalui penggundulan hutan dan pemakaian bahan bakar fosil, mengubah ritme alami yang telah berlangsung selama ribuan tahun.
Daratan 3.800 gigaton karbon
Karbon tersimpan pada tumbuhan dan tanah. Api, pertumbuhan tanaman, pelapukan, dan deforestasi memindahkan karbon antara daratan dan atmosfer.
Atmosfer 762 gigaton karbon
Aktivitas manusia meningkatkan CO2 di udara secara signifikan dalam 250 tahun terakhir, lebih tinggi daripada yang tercatat dalam inti es berusia 800.000 tahun.
Lautan 38.271 gigaton karbon
Laut yang dalam dan dingin menyimpan karbon sekitar 50 kali jumlah yang ada di atmosfer. CO2 berpindah dengan cepat di antara udara dan permukaan atas air laut, namun bisa memakan waktu berabad-abad untuk mencapai dasar laut.
!break!Ancaman Asam
Semakin banyak CO2 yang diserap, semakin asam lautan. Hewan laut bercangkang pun terancam. Cangkang pteropoda larut setelah mengalami pajanan laboratorium terhadap air laut dengan CO2 yang diperkirakan ada di Samudra Antartika tahun 2100.
Deforestasi
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR