Tahun 2007 luar biasa panas menurut standar kecenderungan pemanasan regional Arktika. Tahun mendatang akan lebih panas lagi. Peneliti di National Snow and Ice Data Center memperkirakan Samudra Arktika bebas es di musim panas 2030. Rute perdagangan legendaris akan terbuka, membuat banyak negara berebut mengklaim perairan terbuka baru.
!break!Gletser yang Menyusut
Peningkatan suhu di Islandia mencairkan lebih dari 60 meter gletser Sólheimajökull selama enam bulan pada 2006, yang merupakan bagian dari penyusutan gletser global. Jika pemanasan terus berlangsung, Islandia akan kehilangan 40 persen gletsernya pada 2100 dan akan bebas es tahun 2200.
Curah Hujan Berubah
Lebih banyaknya curah hujan yang membawa bencana seiring peluasan tanah gersang, mungkin terlihat seperti paradoks iklim—sampai kita memahami bagaimana panas yang meningkat mengubah perilaku air di Bumi. Udara yang lebih hangat mengandung lebih banyak uap air, meningkatkan potensi badai dan hutan lebat, juga penguapan. Akibatnya, kawasan yang basah semakin basah, yang kering semakin kering. Kawasan selatan di Asia dan Afrika mendapat total hujan lebih sedikit seperti di Basin Mediterania dan Sahel. Sementara itu, sebagian daerah tropis dan lintang yang lebih utara menerima presipitasi lebih banyak. Daerah bersalju kini didera hujan. Pengurangan bantalan salju membebani kawasan yang bergantung lelehan gletser musim kemarau. Curah hujan yang lebih lebat meningkatkan bencana banjir seperti di Asia Selatan musim panas lalu, mengusir 40 juta orang dari rumahnya. Di negara bagian Bihar India utara, hujan turun 20 hari berturut-turut, mencurahkan satu meter air. Pekerja bantuan bencana dan personel militer melakukan penyelamatan melalui udara. Menurut penduduk, itulah banjir terburuk sepanjang ingatan mereka.
Efek Jarak
Perubahan cara kita mengolah tanah bisa mengubah pola iklim berskala luas secara mengejutkan. Sekitar 60 persen hujan badai dunia terjadi di dataran tropis dan memindahkan air dan energi dalam jumlah besar ke atmosfer bagian atas, yang kemudian terbawa hingga ribuan kilometer. Deforestasi di hutan tropis yang luas bisa mengurangi hujan badai setempat, dengan dampak tak langsung pada pola cuaca di daerah yang jauh.
Hujan badai tropis membawa uap air dan energi ke troposfer. Pola sirkulasi atmosfer yang disebut sel Hadley mengumpankan energi hujan badai ke aliran jet subtropis, yang membawanya ke lintang yang lebih tinggi.
Uap air dan energi yang berasal dari daerah tropis bisa masuk ke arus jet kutub dan mengubah polanya, mempengaruhi cuaca di seluruh belahan bumi utara.
Kekeringan dan banjir
Para ilmuwan menemukan perubahan jumlah, intensitas, frekuensi, dan jenis presipitasi di seluruh dunia. Hal yang lebih mengejutkan, beberapa kawasan dengan hujan lebih sedikit setiap tahun bisa jadi mengalami badai dahsyat saat hujan tiba: kekeringan dan banjir di tempat yang sama.
Udara yang lebih panas menyimpan lebih banyak uap air dan meningkatkan penguapan, membuat tanah menjadi gersang. Peningkatan uap air menambah bahan bakar bagi badai, mempertinggi kemungkinan hujan lebat. Hujan deras meningkatkan banjir, limpasan air, dan erosi. Kadang membuat tanah lebih kering. Kematian tanaman bisa membuatnya lebih gersang.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR