Jenazah Eri Yunanto (21) akhirnya berhasil diangkat dari Kawah Merapi sedalam kurang lebih 200 meter oleh Tim SAR gabungan, Selasa (19/5) pukul 11.41 WIB. Medan yang terjal, labil dan suhu di kawah serta ancaman gas beracun menjadi ancaman yang menyulitkan tim.
Satu dari enam orang yang turun ke kawah tersebut adalah Bakat Setiawan atau yang oleh rekan-rekannya biasa dipangil Lahar. Ia turun bersama Endro Sambodo, sedangkan empat tim lainnya bertugas sebagai back-up dari blank spot 50.
"Selama operasi, kami mendapat dukungan dari tim yang ada di atas. Komunikasi kami lakukan terus melalui handy talky, sementara itu di bawah saya tetap berkomunikasi dengan Endro," katanya (baca juga Kisah Heroik Relawan Saat Mengangkat Jenazah Pendaki di Kawah Merapi)
Bakat mengatakan, dalam melakukan misi penyelamatan di kawah, mereka berdua dibekali alat khusus yakni masker alat bantu pernapasan. Namun, dia tidak mengenakan baju tahan api dan sepatu dengan alasan percepatan gerakan.
"Saya memakai baju biasa dan hanya mengenakan sepatu biasa. Sebab kalau sepatu tahan api pasti berat," ucap pria yang sudah tiga kali menjejakkan kaki di kawah gunung itu.
Meskipun demikian, ini adalah pengalaman pertamanya untuk penyelamatan manusia di kawah. Namun demikian, dirinya mengaku tidak boleh gugup dalam menghadapi hal tersebut.
"Melaksanakan operasi tidak boleh gugup, kalau gugup bisa jadi kita yang gantian dievakuasi. Adapun saat masuk ke kawah suhunya sekitar 37 derajat celcius sehingga cukup aman dalam melakukan operasi," tambahnya.
Namun, dia tidak menampik, ada beberapa bagian yang memiliki suhu di atas 100 deracat celcius. Oleh karena itu, dia tetap harus berhati-hati.
Lahar menuturkan, korban ditemukan dalam kondisi utuh dan tengkurap.
"Kemudian saya mengecek dompet yang ada di sakunya, setelah saya pastikan identik, maka saya langsung menaikkan korban," ucapnya.
Dia mengungkapkan, keberhasilannya dan Endro tidak terlepas dari dukungan tim SMC yang telah kompak dan menyediakan peralatan yang memadai.
"Saya memang mendaftar sendiri, namun yang membuat berhasil adalah kerja sama tim," pungkasnya.
Campur tangan Tuhan
Sementara itu, Endro Sambodo (31), menuturkan, dia merasa ada campur tangan Tuhan saat dirinya menjadi rescuer di dasar Kawah Merapi. Dia bercerita bahwa ketika menuruni kawah, suhu dan tekanan gas normal, bahkan aman untuk bernapas.
"Ketika saya coba copot maskernya, oksigen normal, gas tidak ada dan suhunya terbilang normal bagi ukuran kawah," ujarnya.
Warga Yogyakarta itu mengatakan, ini adalah pengalaman pertamanya menuruni bagian terdalam dari gunung. Dia mengaku mengajukan diri ketika ditawari oleh rekannya, Lahar.
"Suhu dan gas di atas aman, siapa yang paling berani silakan ikut," ujar Endro menirukan Lahar.
Lalu dirinya pun dengan segala perhitungan turun dan menyelamatkan korban. Setelah packing, dia lalu menempatkan jenazah pada ketinggian 50 meter dari dasar kawah.
Setelah itu, dia dan lahar memutuskan untuk naik kembali, tingkat gas dan suhu pun secara tiba-tiba naik.
"Ketika kami berdua naik, suhu melonjak hingga ratusan derajat celcius dan konsentrasi gas mulai meningkat. Untung tenang gasnya, tidak sampai naik ke atas. Ini namanya 99 keberuntungan dan satu persen kemampuan. Inilah yang saya maksud campur tangan Tuhan," ucap anggota SAR DIY itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR