Lulus dengan IPK 3,99 dan menjadi lulusan terbaik yang akan diwisuda pada bulan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Devi Triasari (24), putri seorang buruh tani asal Ngawi, Jawa Timur.
Mahasiswi Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini mengaku bahwa segala prestasinya tersebut diperuntukkan bagi kedua orangtuanya. Dalam tiga tahun enam bulan, Devi menyelesaikan kuliahnya dengan nilai nyaris sempurna. Hampir semua mata kuliah yang ditempuh mendapat nilai A, hanya satu mata kuliah yang bernilai B.
Putri pasangan Suwito dan Karinem tersebut pun menceritakan perjuangan dirinya untuk membiayai kuliahnya pada saat keterbatasan ekonomi keluarganya yang hanya buruh tani.
Saat memutuskan kuliah pada 2011, Devi sudah sadar kedua orangtuanya tidak akan mampu untuk membiayai kuliahnya. Tidak patah arang, Devi mencari beasiswa dan akhirnya mendapat dari Beasiswa Bidik Misi.
Pengalaman membantu berjualan sayuran dan harus ikut membantu sang ibu menjadi asisten rumah tangga di Madiun membuat Devi termotivasi untuk mengubah nasib keluarganya dengan memutuskan kuliah sembari bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan kedua orangtuanya.
"Saya melihat kedua orangtua. Kehidupan mereka yang membuat saya termotivasi untuk belajar agar dapat meringankan beban hidup orangtua saya," katanya saat ditemui di kampus UNS, Senin (1/6).
Dia mengaku, uang beasiswa sebesar Rp 600.000 tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di Solo. Akhirnya, dia memilih untuk melamar menjadi guru di beberapa bimbingan belajar di Solo dan juga membuka jasa les privat. Hasilnya digunakan untuk membayar kos dan juga mengirim uang kepada orangtuanya.
Beban tersebut pun dijalani dengan doa dan restu dari orangtua. Nyatanya, pada pertengahan Juni nanti, Devi akan diwisuda dengan predikat lulusan terbaik. Dia meraih IPK 3,99 dari skala 4,00.
"Apa yang saya lakukan untuk kedua orangtua saya. Restu mereka menjadi motivasi saya. Sisanya saya berserah kepada Tuhan," katanya.
Saat ini, Devi mengaku mendapat tawaran pekerjaan dan studi lanjutan ke jenjang S-2. Dia pun berencana akan melanjutkan studi S-2 di luar negeri dengan pilihan studi Hukum. Namun, dia akan mencari beasiswa yang bisa mencakup biaya hidup karena masih harus memikirkan nasib kedua orangtuanya di Ngawi yang masih hidup pas-pasan.
Devi adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayah Devi, Suwito, bekerja sebagai buruh serabutan dan ibunya, Karinem, bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR