Semasa kecil dulu, Ayah kerap mengajari kita bagaimana cara bersepeda, berenang, menggambar dan mewarnai dengan baik, melipat origami, membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan prakarya yang dirasa sukar, dan kegiatan sulit lainnya.
Tak hanya itu, ada lima hal lain akan peran seorang ayah dalam kehidupan kita yang mungkin belum kita ketahui, dan mampu membuat kita lebih menghargainya lebih baik lagi:
Menurut laporan hasil studi yang dilansir Psychological Science pada Mei lalu, terungkap bahwa peran ayah di rumah dalam menangani tugas-tugas yang semestinya tak wajib ia lakukan akan memengaruhi pola pemikiran sang anak dalam menentukan karir di luar steoreotipe sosial. Sebagai contoh, seorang ayah yang membantu istrinya mencuci piring atau baju kotor akan membuat sang anak meninggalkan konsep pekerjaan sesuai gender, misalnya seorang anak lelaki harus mempertimbangkan pilot dan ahli mekanik sebagai karir, atau guru dan perawat untuk karir anak perempuan.
Di seluruh dunia, anak-anak kerap menyukai waktu bedtime stories—di mana mereka akan mendengar sang ayah menghidupkan karakter dalam buku bergambar yang mereka sukai. Kegiatan itu, menurut studi, mampu meningkatkan tingkat kecerdasan anak.
Dalam laporan yang dimuat di Journal of Applied Developmental Psychology, terungkap bahwa kegiatan mendongeng sebelum tidur mampu meningkatkan tabungan kosakata yang dimiliki anak, yang kemudian berdampak pula pada meningkatnya hasil ujian yang mereka ambil.
“Penelitian ini berhasil mengungkap kontribusi unik dari peran ayah dalam meningkatkan prestasi akademik anak sejak kecil,” jelas Claire Baker, salah satu peneliti yang tergabung dalam studi tersebut.
Tikus, tak ayal pula manusia, memiliki kemiripan genetis yang lebih banyak dengan sang ayah ketimbang dengan sang ibu. Kesimpulan itu didapat dari hasil studi yang kemudian dimuat di jurnal Nature Genetics. Dikatakan, kita mewarisi DNA yang sama dari kedua orang tua namun menggunakan lebih banyak faktor genetik dari sang ayah.
Pada umumnya, seorang ibu akan mengomeli suaminya jika ia mengajak sang buah hati bermain permainan yang “kasar”—permainan mengasyikkan yang membutuhkan fisik sehingga anak kerap jatuh dan bangun. Permainan seperti itu mungkin saja dianggap berbahaya bagi ibu, namun apa yang dilakukan ayah mendapat dukungan dari hasil studi yang mengungkap bahwa permainan yang demikian membantu anak memecahkan masalah, membantu menghitung adanya risiko, mengatur agresi, mengetahui batasan kemampuan diri, serta berbagai pelatihan standar emosi lainnya.
Selain wajib menjaga kesehatan diri sendiri, ternyata kesehatan seseorang juga diwarisi dari ayah mereka.
Menurut sebuah penelitian menggunakan tikus, peneliti menemukan bahwa dampak dari kadar Vitamin B9 yang terkandung dalam tubuh seekor tikus ditemukan terjadi di tubuh anaknya, yang diketahui menderita cacat spinal dan tengkorak.
Hal itu membuktikan bahwa seorang pria harus lebih berhati-hati dalam memilah apa yang masuk ke dalam tubuhnya. “Mereka (para ayah) perlu ingat bahwa di tangan merekalah kesehatan generasi baru bergantung,” tegas Sarah Kimmins, salah seorang ilmuwan yang melakukan studi.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR