Yang pasti, gajah tidak suka lebah. Ketika rekaman suara lebah yang terganggu diperdengarkan ke kerumunan gajah yang beristirahat di bawah pepohonan di Kenya, gajah-gajah pergi atau bahkan lari.
Hal itu dilakukan oleh Proyek Gajah dan Lebah, sebuah prakarsa untuk mengkaji kemungkinan penggunaan lebah dalam melindungi tanaman dari serangan gajah di Afrika.
Dan bagaimana dengan daya ingatnya? Gajah bukan saja bisa mengingat tanda-tanda atas permukaan tanah maupun jalur migrasinya, namun mereka juga memiliki daya ingat sosial yang mengesankan.
Di Taman Nasional Amboseli di Kenya pada 1990-an, para peneliti melakukan percobaan untuk mengkaji bagaimana gajah berkomunikasi.
Dalam satu kasus, rekaman suara seekor gajah yang sudah mati dua tahun sebelumnya dimainkan ke keluarganya.
Para gajah kemudian berkumpul dengan alat pengeras suara dan memanggil balik, seuah tanggapan yang menunjukkan satu ikatan sosial yang kuat.
Dalam kasus lain, ketika seekor betina pindah ke kelompok lain, keluarga awalnya tetap menanggapi panggilannya, 12 tahun setelah dia meninggalkan keluarganya itu.
Bagaimana dengan mitos kuburan gajah? Tidak ada alasan untuk mempercayainya. Benar bahwa ada tumpukan besar tulang-tulang gajah, namun kekeringan dan perburuan yang menjadi penyebabnya.
Tapi memang ada bukti yang lebih baik, dari anekdot maupun eksperimen, tentang gajah yang berduka atas kematiannya.
Dalam bukunya, Elephant Memories, ahli konservasi lingkunga, Cynthia Moss, mengenang bahgaimana dia membawa tulang rahang dari seekor gajah betina yang merupakan pemimpin keluarga yang baru mati ke kampnya.
Beberapa hari kemudian, keluarga gajah itu kebetulan lewat dekat kamp dan melihat tulang rahang.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR