Hidup dalam pengungsian adalah suatu yang tidak aneh bagi Abdi Karya Angelus Kacaribu.
Pria dari desa Mardinding, kecamatan Tiganderket, kabupaten Karo, Sumatera Utara ini mengungsi karena gunung Sinabung yang ada di wilayah tempat tinggalnya terus meluncurkan awan panas.
Abdi pertama kali mengungsi pada tahun 2010 ketika gunung Sinabung mendadak aktif, setelah sebelumnya tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600.
Pada tahun 2010, Abdi dan keluarganya mengungsi selama satu bulan di Kabanjahe, Sumatera Utara. Karena letusan dianggap tidak berbahaya, Abdi memutuskan untuk kembali ke desa Mardinding.
Dia pun tinggal di sana selama tiga tahun. Namun tahun 2013 gunung Sinabung kembali meletus dan Abdi terpaksa mengungsi ke Tiga Binanga, Sumatera Utara. Setelah delapan tahun tinggal di pengungsian, Abdi kembali ke kampung halamannya.
Baru setahun tinggal di rumah, Abdi harus mengungsi lagi karena gunung Sinabung terus erupsi.
Kini, petani tersebut tinggal di posko pengungsi Gudang Konco, Tiganderket, Karo, Sumatera Utara. Ia mengaku lelah.
Di Indonesia saat ini terdapat sedikitnya tiga gunung yang aktif dan sedang meletus yakni gunung Sinabung, Gamalama dan Raung.
Ketiga gunung ini diprediksi masih akan terus erupsi, kata Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
"Gunung Sinabung masih akan tetap meletus menurut perkiraan para ahli hingga tiga tahun sembilan bulan sampai lima tahun mendatang."
"Sedangkan gunung Gamalama masih waspada dan gunung Raung masih akan meletus cukup lama," jelas Sutopo.
Hal ini terjadi karena besarnya energi yang tersimpan di dapur magma setiap gunung, kata Sutopo.
Oleh karena itu BNPB senantiasa membagikan masker kepada warga di sekitar gunung yang aktif untuk mencegah adanya penyakit pernapasan, serta makanan dan minuman kepada para pengungsi.
Dampak dari gunung meletus tidak saja dirasakan oleh warga yang tinggal di sekitar pegunungan, namun juga oleh warga yang hendak berpergian.
Akibat dari meletusnya gunung Raung di Jawa Timur misalnya, ratusan penumpang pesawat di berbagai bandara di sekitar wilayah tersebut terpaksa batal berpergian karena bandara ditutup.
"Saya marah, sedih, dan sekarang menjadi tuna wisma karena tidak tahu harus menginap di mana," kata seorang wisatawan asing yang terpaksa menginap di bandara Ngurah Rai, Bali karena penerbangannya dibatalkan.
Partikel yang dikeluarkan oleh gunung, berpotensi merusak mesin pesawat. Dan ini adalah resiko yang tidak ingin diambil oleh kementerian Perhubungan.!break!
"Prioritas dari transportasi itu kan keselamatan. Kita tahu bahwa erupsi debu vulkanik ini mempengaruhi ruang udara di bandara. Ini sangat riskan," kata JA Barata.
Oleh karena itu, JA Barata pun menyarankan agar masyarakat memantau kondisi gunung-gunung yang aktif, sebelum memutuskan untuk berpergian ke wilayah tersebut.
Dan jika memungkinkan, memilih moda transportasi yang lain seperti kereta, bis dan kapal laut.
Indonesia memang dikelilingi oleh ratusan gunung api yang rentan terhadap erupsi.
Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan bahwa sebenarnya ada sekitar empat juta jiwa penduduk Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana dua dan tiga.
Daerah-daerah tersebut seharusnya kosong karena berbahaya namun kin menjadi permukiman.
"Mereka tidak mungkin kita relokasikan semuanya. Sehingga dalam hal ini terdapat beberapa opsi. Bagaimana kita sampaikan agar mereka memiliki living harmony with risk disaster, artinya hidup dengan resiko ancaman bencana yang ada, yang penting ketika terjadi peningkatan (aktivitas gunung), ya mereka mengungsi," jelas Sutopo.
Hal ini memang disadari dan dilakoni oleh Abdi Karya Angelus Kacaribu, di Sumatera Utara.
Dia sudah berkali-kali mengungsi, dan berterima kasih atas makanan, minuman dan bantuan pakaian yang kerap diberikan.
Namun, dia mengungkap sesungguhnya bukan itu yang paling dibutuhkan para pengungsi bencana gunung Sinabung.
"Yang kami butuhkan adalah kami bisa bekerja, seperti layaknya di kampung. Kami butuh merasa mandiri."
Dia berharap ada pihak yang berkenan menyewakan mereka lahan untuk bekerja.
Sutopo mengaku pemerintah kesulitan mewujudkan ini.
"Salah satunya dalam pendanaan, kemudian lahan untuk relokasi sampai sekarang juga belum tuntas, dan lainnya. Ini juga yang menyebabkan penanganan tidak cepat seperti yang kita harapkan," ungkap Sutopo.
Dan jika memang tidak terlalu banyak yang dapat dilakukan, maka setidaknya Abdi Karya Angelus Kacaribu berharap masyarakat Indonesia selalu siap membantu, dan tidak melupakan mereka, para pengungsi yang masih harus menunggu bertahun-tahun lagi untuk kembali ke rumah.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR