Perhatian ilmiah terhadap penyakit ini menurun karena kombinasi antibiotik telah dipakai sebagai pengobatan rutin terhadap penyakit ini sejak tahun 1980-an. Menurut Charlotte Avanzi, seorang ahli mikrobiologi di Colorado State University (CSU), Fort Collins, kompleksitas penelitian kusta telah menambah kurangnya minat penelitian terhadap penyakit ini.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan meyakini kusta secara eksklusif hanya menginfeksi manusia. Namun, para ilmuwan telah menemukan penyakit ini pada armadillo sembilan pita di Amerika dan tupai merah di Inggris selama dua dekade terakhir.
Kedua spesies memilki sebuah genotipe bakteri yang dikenal sebagai 3I, yang telah dihubungkan dengan penyakit manusia di Eropa abad pertengahan. Infeksi kusta itu tampaknya telah menyebar dari manusia ke hewan dalam kedua kasus tersebut. Para ilmuwan juga menemukan kasus kusta yang jarang terjadi pada hewan yang dikurung, seperti simpanse.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Simpanse Liar Terekam Sedang Masturbasi Pakai Botol
Baca Juga: Pertama Kalinya, Simpanse dan Gorila Terlihat Berperang di Alam Liar
"Ada semakin banyak bukti bahwa Mycobacterium leprae tidak terbatas hanya pada manusia, tetapi memiliki habitat berbeda yang telah berkembang," kata John Spencer, seorang ahli imunologi yang meneliti kusta di CSU, seperti dikutip dari Nature World News.
Penyakit dari manusia memang memiliki potensi untuk menyebar ke simpanse liar dan membawa efek bencana. Namun di sisi lain, Leendertz yang menemukan penyakit kusta pada simpanse liar ini percaya bahwa penularan kusta baru-baru ini dari manusia ke simpanse tidak masuk akal karena penyakit ini biasanya menyebar hanya setelah kontak intim yang terus menerus.
Selain itu, belum ada catatan kejadian kusta di antara para peneliti atau para pembantu lokal yang menemani para peneliti. Meskipun para peneliti kerap memantau simpanse liar, mereka selalu menjaga jarak setidaknya 6 meter dari hewan tersebut.
Baca Juga: Temuan Baru Buktikan Kusta Berasal dan Menyebar dari Tanah Eropa
Source | : | Nature World News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR