Seorang perempuan di kota Toulouse, Prancis tinggal di sebuah pondok bekas peternakan jauh di pegunungan. Pondoknya tidak memiliki listrik, persediaan air yang digunakannya juga bukan berasal dari pompa—melainkan dari sebuah sumur. Dia bukan memutuskan untuk hidup bertapa, dia tidak memiliki pilihan lain karena mengidap hipersensitivitas elektromagnetik.
Marine Richard, 39, mengalami sakit kepala berat, kelelahan, mual, dan jantung berdebar-debar. Setelah diperiksa, rupanya gejala yang dialaminya tersebut merupakan akibat dari radiasi elektromagnetik. Marine yang pernah bekerja di sebuah stasiun radio sebagai produser program dokumenter, setiap hari terpapar radiasi dari peralatan yang ada di studio. Kini dia harus hidup jauh di pegunungan demi kesehatannya, tapi bagaimana mendapatkan penghidupan dengan hidup yang demikian?
Keluhan Marine dibawa ke pengadilan. Penuntutnya menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan dengan keadaan tersebut. Dia mengajukan untuk mendapat bantuan dana bagi orang disabilitas karena tidak bisa menemukan pekerjaan apapun yang tak dikelilingi ponsel dan perangkat-perangkat lainnya. Walaupun ilmu pengetahuan belum mengkonfirmasi bahaya radiasi elektromagnetik dari perangkat rumah tangga terhadap kesehatan manusia, tapi pengadilan mengabulkan permohonan Marine. Dia mendapatkan bantuan sebesar 800 euro sebulan selama 3 tahun. Keputusan pengadilan tersebut merupakan gebrakan baru bagi orang-orang yang mengalami hal serupa.
Hipersensitivitas elektromagnetik di banyak negara tidak dianggap setara dengan disabilitas, namun beberapa negara menganggapnya sebagai hal yang perlu diperhatikan. Contohnya di Swedia, kelainan tersebut dianggap sebagai penyakit, sesuai dengan keputusan pemerintah pada tahun 2000. Kelainan itu dikenal sebagai gangguan kesehatan fisik dan psikis dengan gejala yang timbul akibat medan elektromagnetik baik yang alami atau buatan.
Sebanyak 3.1% populasi di Swedia menderita kelainan tersebut. Demikian juga dengan California sebanyak 3%, Swiss sebanyak 5%, dan Inggris sebanyak 4%. Pihak WHO menyebutkan bahwa gejala-gejala ini terkait dengan kondisi neurologis seseorang, namun hubungan langsungnya dengan medan elektromagnetik masih belum diketahui.
Penulis | : | |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR