Dalam laporan studi yang dimuat di jurnal Neurology, Rabu (19/8) lalu, dijelaskan bahwa para orang tua yang sehat perlu mengecek kadar kortisol dalam tubuhnya, untuk mengetahui apakah mereka memiliki risiko gangguan berpikir.
Kortisol merupakan hormon yang berperan dalam mengatur kekebalan tubuh, mengkonversi protein menjadi glukosa, memelihara tekanan darah. Orang kerap mengenal hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ini sebagai hormon stres.
Dalam studi yang baru-baru ini dilakukan, peneliti akhirnya menemukan keterkaitan mengapa orang yang depresi juga memiliki risiko lebih besar untuk terserang dimensia.
Menurut penulis studi Lenore J. Launer, PhD, tingkat hormon kortisol tinggi yang kerap ditemukan di tubuh penderita stres bisa memengaruhi bagian hippocampus di otak, bagian yang berperan penting dalam kemampuan berpikir dan mengingat.
Dari studi yang ia lakukan terhadap 4.244 orang tua berusia sekitar 76 tahun, Launer menemukan bahwa mereka yang memiliki kadar kortisol tinggi juga memiliki volume otak yang lebih kecil dibanding mereka yang kadar kortisolnya lebih rendah. Selain itu, kemampuan partisipan dengan kadar kortisol tinggi dalam mengingat dan menyelesaikan ujian yang diberikan lebih buruk dibanding mereka yang kadar kortisolnya normal.
Dengan memahami penyebab antara kortisol, depresi, dan risiko penyakit otak tersebut, Launer dan timnya berharap dapat mengembangkan strategi untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh hormon kortisol pada otak manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR