"Ada Air mengalir di Mars!"
Itulah penemuan terbaru yang dipaparkan para peneliti NASA dalam konferensi persnya tanggal 28 September 2015. Penemuan baru yang tidak baru. Akan tetapi konfirmasi kehadiran air di Mars menjadi langkah penting untuk eksplorasi planet merah tersebut di masa depan!
Ketika kita berbicara tentang air di Mars, maka dugaan itu akan mengarah pada air yang pernah mengalir di Mars si masa lalu dan sudah mengering. Artinya, ada kemungkinan terbentuknya kehidupan di masa lalu Mars ketika planet merah tersebut masih memiliki air.
Catatan misi Mars memperlihatkan penemuan air di masa lalu Mars. Di era tahun 1970-an, foto-foto Mars memperlihatkan permukaan Mars yang dilintasi sungai yang mengering dan dataran yang sekali waktu tenggelam dalam danau kuno yang luas. Di awal tahun 2015, NASA juga mengungkap bukti keberadaan lautan yang menutupi sekitar 2/3 belahan utara Mars.
Meskipun demikian, penjejak di Mars juga menemukan petunjuk kalau Mars masih basah. Sekitar satu dekade lalu, Mars Global Surveyor memotret kehadiran air yang menerobos dinding selokan dan mengalir di sekitar batu-batu dan puing-puing berbatu lainnya.
Akan tetapi, penemuan kali ini tidak berbicara tentang masa lalu Mars. Air yang ditemukan oleh Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) tersebut ditemukan mengalir sesekali di Mars masa kini. Dan air itu berwujud cair.
Voila! Apa ini artinya ada kehidupan di Mars? Bisa jadi tapi seperti kata Jim Green, Direktur Planetary Science, “keberadaan kehidupan lain belum ada jawabannya. Yang dilakukan saat ini adalah mengikuti kehadiran air di planet lain sebagai petunjuk yang mengarah pada kemungkinan kehidupan yang kita kenal”.
Tapi jika memang ada kehidupan di Mars, maka kehidupan itu bisa jadi masih bertahan sampai saat ini.
Jadi seperti apakah air di Mars masa kini itu?
!break!Air Garam di Mars
Foto-foto yang diambil MRO memperlihatkan tebing dan dinding curam dari lembah dan kawah di Mars yang memiliki tanda-tanda keberadaan mineral terhidrasi dengan pola garis-garis atau alur misterius. Uniknya, garis-garis ini tampak mengalir dan kemudian surut dari waktu ke waktu. Menariknya, pada lokasi yang paling aktif, aliran ini tampak membentuk pola kipas yang rumit.
Arus yang mengalir menuruni lembah ini dikenal sebagai (RSL) atau garis kemiringan berulang di lereng yang memang diasosiasikan dengan air dalam wujud cair. Tapi dalam kasus Mars, aliran air tersebut bukanlah air murni melainkan air dengan larutan garam jenuh yang mengalir turun menuruni lembah dan dinding kawah selama musim panas di Mars. Aliran air garam ini meninggalkan jejak garis-garis gelap di medan Mars selama musim panas, sebelum kemudian mengering dan hilang ketika temperatur turun drastis saat musim dingin tiba. Pola tersebut muncul di beberapa lokasi di mars saat suhu planet merah tersebut mencapai minus 23 derajat Celsius. Air garam memiliki lebih dari 5% garam terlarut sedangkan air tawar memiliki kandungan garam kurang dari 0,05%.
Garam terhidrasi yang ditemukan mengalir di Mars berperan untuk menurunkan titik beku air garam cair. Sama seperti garam yang ditabur di jalan dan menyebabkan es dan salju meleleh lebih cepat. Penemuan garam terhidrasi pada lereng – lereng Mars memperlihatkan kalau air memegang peranan penting dalam pembentukan alur gelap yang muncul di musim panas.
Keberadaan air garam ini pertama kali diduga kehadirannya oleh Lujendra Ojha dari Institut Teknologi Georgia di Atlanta, saat masih kuliah di Universitas Arizona pada tahun 2010. Kala itu, foto-foto yang High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) dari MRO memperlihatkan kehadiran RSL pada sejumlah lokasi di Mars. Aliran sungai yang dilihat MRO tersebut, mengalir menuruni dinding kawah dari akhir musim semi sampai awal musim gugur. Akan tetapi para peneliti tidak banyak berasumsi tentang RSL.
!break!Meskipun sudah diduga keberadaannya, Lujendra Ojha dan para peneliti lainnya semakin yakin akan kehadiran air garam yang mengalir di Mars masa kini setelah melakukan pemetaan mineral yang memadukan pengamatan HiRISE dan Compact Reconnaissance Imaging Spectrometer for Mars (CRISM). Ojha dan rekan-rekannya mengamati cahaya inframerah yang dipantulkan oleh dinding berbatu yang curam saat alur gelap mulai muncul dan memanjang maksimum pada akhir musim panas di Mars.
Pengamatan inilah yang membawa Lujendra Ojha untuk menemukan kehadiran garam terhidrasi yang merupakan campuran magnesium perklorat, magnesium klorat dan sodium perklorat. Perklorat pernah dideteksi keberadaannya di Mars oleh pendarat Phoenix dan rover Curiosity. Keduanya melihat perklorat pada tanah Mars.
Sebagian perklorat diketahui menjaga cairan agar tidak beku bahkan pada kondisi yang ekstrim yakni -70º Celsius. Di Bumi, perklorat diketahui terkonsentrasi di gurun dan sebagian tipe perklorat juga digunakan sebagai bakar roket!
Jadi ketika anda mengunjungi kawah Hale, Garni, Palikir, dan Horowitz atau jalan-jalan ke lembah Coprates di Mars, jangan minum air garam yang kamu lihat. Karena bisa jadi air tersebut mengandung bahan bakar roket.
Akan tetapi, penemuan ini bukan akhir dari segalanya. Justru ini adalah awal dari pertanyaan baru lainnya. Dari mana asal air di Mars? Jawabannya masih harus diteliti lebih lanjut.
Pertanyaan lainnya, jika ada air di Mars, apakah mungkin bagi manusia untuk hijrah ke planet merah tersebut? Ini merupakan isu lainnya yang juga muncul dalam rilis NASA. Dengan ditemukannya air di Mars maka ada harapan baru yang muncul. Pengiriman misi berawak tentunya akan tereduksi biayanya dan “lebih mudah” mencari kehadiran air di sana. Akan tetapi kehadiran misi berawak dan tak berawak di lokasi yang memiliki air akan membawa bahaya kontaminasi dari Bumi yang mempengaruhi kondisi Mars. Dan ini adalah hal yang tidak diinginkan.
NASA dalam rencananya untuk mengirimkan rover di tahun 2020 membuat kebijakan untuk tidak mendekati area yang diduga memiliki air, air garam, ataupun air es. RTG atau generator radiotermal menjadi alasan mengapa Mars Science Laboratory dilarang untuk mendekati area yang memiliki temperatur lebih dari -25º Celsius dan diduga memiki air di saat yang sama.
Dilematis? Tapi jika ingin mengetahui kehidupan yang tumbuh dari Mars maka minimalisir kondisi yang bisa mengkontaminasi planet merah tersebut harus menjadi prioritas.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR