Tomas Lindahl, Paul Modrich dan Aziz Sancar berbagi kemenangan dalam penghargaan Nobel bidang kimia 2015. Penghargaan untuk ketiganya—diumumkan dalam konferensi pers pada Rabu, 7 Oktober di Stockholm, Swedia—diberikan terkait penelitian yang menunjukkan bagaimana pemulihan DNA atas kerusakan yang dapat menyebabkan kanker dan penuaan dini.
Lindahl, Modrich dan Sancar menemukan cara yang berbeda tentang DNA yang memulihkan diri.
Lindahl dari Institut Francis Crick di Hertfordshire, Inggris, menemukan bagaimana DNA akan pulih ketika sebuah blok—disebut urasil—dimuat ke dalam spiral ganda DNA dan bukan ke blok yang benar, Sitosin. Menurut Lindahl, hal tersebut terjadi 200 kali sehari di setiap sel tubuh, sehingga jutaan perbaikan diperlukan setiap harinya.
“Saya tahu saya sudah dipertimbangkan sebelumnya, tapi itu (penghargaan Nobel) masih merupakan kejutan,” ujarnya ketika memenangkan penghargaan Nobel. “Saya merasa sangat beruntung dan bangga telah dipilih.”
Sementara itu, Modrich dari Universitas Duke di Dunham, menemukan bagaimana DNA akan memperbaiki diri jika terjadi kekeliruan penyalinan ketika sel-sel mereplikasi diri untuk membentuk dua sel anak. Kedua helai DNA asli akan disalin untuk membentuk satu helai sel anak, yang mana kadang-kadang DNA tersebut tidak disalin dengan benar. Modrich menemukan bagaimana sel-sel memperbaiki masalah ini melalui proses yang disebut mismatch repair.
Sancar dari Universitas North Carolina di Chapel Hill menemukan bagaimana DNA rusak akibat sinar matajari dan agen penyebab mutasi seperti asap rokok, dan bagaimana sel-sel memperbaiki kerusakan melalui proses yang disebut pemulihan eksisi nukleotida.
"Tiga pemenang penghargaan Nobel bersama-sama telah menjelaskan mekanisme dasar yang membantu untuk menjaga integritas genom kami," kata Claes Gustafsson selaku ketua Komite Nobel Kimia.
Sepanjang sejarahnya, perihal DNA telah memenangkan penghargaan Nobel setidaknya delapan kali:
1962, sebagai satu yang terbesar, untuk penemuan struktur DNA, diberikan kepada Francis Crick, James Watson dan Maurice Wilkins.
1980, untuk rekombinasi DNA.
1989, untuk penelitian yang menunjukkan bagaimana RNA mengkatalis reaksi.
2001, untuk mekanisme pembelahan sel.
2002, untuk penemuan atas kematian sel terprogram.
2006, untuk gangguan RNAi.
2009, untuk cara ribosom membuat protein.
2015, untuk mekanisme perbaikan DNA.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR