Begitu tiba di Tanjung Aan, Lombok, Nusa Tenggara Barat, empat turis asing asal Australia langsung siap-siap hendak berselancar. Biru air laut membuat hati mereka tak tenang untuk segera menari-nari di atas papan selancar. Meski ombak mulai meliuk-liuk selepas tengah hari hingga petang menjelang.
Pantai Tanjung Aan memang langsung berhadapan dengan Samudra Hindia, dengan garis pantai sepanjang dua kilometer. Pantai ini benar-benar menakjubkan karena bisa memandang laut lepas dengan berbagai gradasi warna laut sesuai kedalamannya dari atas bukit setinggi 50 meter. Tekstur pasir di kawasan ini ada dua jenis, seperti mutiara sebesar merica agak coklat dan jenis lain halus putih.
Bagi yang ingin sekadar berenang dan snorkeling atau menyelam di permukaan laut, Tanjung Aan layak dicoba. Ombaknya tidak terlalu tinggi dan terputus-putus, serta kedalaman laut juga agak dangkal. Jangan khawatir jika tak membawa peralatan, karena semua sarana menyelam dan berenang sudah tersedia di lokasi dengan sistem sewa, termasuk pendamping sekaligus pelatih.
Menjelang sore saat permukaan air laut semakin naik adalah waktu yang tepat untuk berselancar. Panorama Tanjung Aan semakin dapat dinikmati dari beberapa bukit yang mengelilingi kawasan itu. Jika bosan, dapat bergeser ke bibir pantai menikmati desiran angin di beberapa gubuk beratap jerami sambil menikmati segarnya kelapa muda.!break!
Jika ingin mencari sensasi lain selama berada di Tanjung Aan, pengunjung dapat menyewa perahu motor menuju batu payung, yang berada di tepi laut berbentuk payung. Wisatawan umumnya memilih untuk sering menghabiskan waktu sore hari dengan naik bukit, menyaksikan matahari terbenam yang sangat menakjubkan.
Berburu cacing laut
Tanjung Aan masuk kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika yang digagas sekitar tahun 1970, tetapi hingga kini belum ada tanda-tanda pembangunan. Jarak dari Kota Mataram ke pantai ini sekitar 75 kilometer ke selatan atau sekitar tiga kilometer dari Pantai Kuta Lombok.
Berhubung kawasan itu belum tersentuh pembangunan yang mahadahsyat, meskipun sudah menjadi kawasan ekonomi khusus, suasana menjelang sore relatif sepi. Bahkan, pada malam hari, penerangan jalan sangat minim sehingga menikmati kemolekan pantai dan deburan ombak berakhir hingga sore hari.
Pada 2014, pemerintah menetapkan Mandalika Resort sebagai kawasan ekonomi khusus melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014. Dalam ketentuan itu, investor menikmati insentif sebagai daya tarik investasi di Mandalika Resort yang memiliki areal seluas 1.175 hektar dan akan disulap menjadi kawasan wisata terintegrasi.
Tanjung Aan, dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum atau pribadi dengan jalur Mataram-Cakranegara-Kediri-Praya-Batunyale-Sengkol-Rambitan-Sade-Kuta. Turis asing umumnya memilih menyewa sepeda motor sambil membawa papan selancar dengan tarif Rp 70.000 per 12 jam. Jika ingin menginap di kawasan Mandalika terdapat satu hotel berbintang. Sebelum atau sesudah Tanjung Aan, dapat mampir di desa wisata di Sade.!break!
Adi (35), pengemudi biro perjalanan yang rutin membawa rombongan turis lokal dan asing ke Tanjung Aan, menyebutkan, kawasan itu ramai pada Februari. Penentuan hari ritual sesuai penanggalan Suku Sasak jatuh pada tanggal 20 di bulan ke-10. Daya tarik pada bulan itu, di daerah pantai digelar Ritual Bau Nyale, ritual Putri Mandalika, memilih melompat dari bukit ke laut untuk menghindari keinginan seorang pangeran yang hendak mempersunting dirinya.
Menurut legenda, sang putri tidak ingin ada pertempuran dalam proses pencarian calon permaisuri oleh sang pangeran. Ketika muncul di permukaan laut sosok putri cantik berubah menjadi nyale atau cacing laut.
Ketika ritual Bau Nyale berlangsung, warga biasanya melanjutkan dengan berburu cacing laut untuk menjadi bahan makanan beberapa menu lokal. Nyale muncul pada waktu tertentu di Pantai Tanjung Aan dan beberapa tempat lain di Indonesia, seperti Sumbawa, Lombok, dan Maluku. Nyale yang muncul di Lombok memiliki spesies dari Famili Eunicidaeyakni Eunice siciliensis, Eunice viridis, Licydice collaris, dan dari Famili Nereidae yaitu Dendronereides heteropoda.
Cacing jenis ini hidup di dasar air, laut seperti di lubang batu karang dan muncul di 16 titik di sepanjang pantai Tanjung Aan di Kabupaten Lombok Tengah dan diyakini mampu memberikan kesejahteraan melalui panen yang maksimal. Jika banyak cacing laut yang muncul dari laut, berarti pertanian penduduk setempat pasti sukses. Karena itu, sebagian hasil tangkapan ditabur di sawah, sisanya dijadikan lauk.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR