Melalui serangkaian penyelidikan menggunakan data yang dikumpulkan dari jarak jauh ini, mereka melihat inersia termal, ditambah bukti erosi, kondisi kawah, dan mineral apa yang ada.
“Kami menemukan bahwa endapan ini jauh lebih tidak kohesif daripada yang diperkirakan semua orang sebelumnya, menunjukkan bahwa pengaturan ini dapat terjadi ketika memiliki air hanya untuk periode waktu yang singkat,” kata Koeppel.
“Bagi sebagian orang, cerita semacam itu tidak menarik karena kita sering berpikir bahwa memiliki lebih banyak air untuk waktu yang lebih lama berarti ada peluang kehidupan yang lebih besar pada satu titik. Namun bagi kami, ini sebenarnya sangat menarik karena memunculkan serangkaian pertanyaan baru. Kondisi apa yang memungkinkan ada air di sana untuk waktu yang singkat? Mungkinkah ada gletser yang mencair dengan cepat dengan luapan banjir besar? Mungkinkah ada sistem air tanah yang merembes keluar dari tanah hanya untuk waktu yang singkat dan kemudian tenggelam kembali?” ujar Koeppel, penuh dengan rasa penasaran.
"Saya masuk ke ilmu planet karena kegembiraan saya untuk menjelajahi dunia di luar Bumi. Alam semesta luar biasa besar, bahkan Mars hanyalah puncak gunung es," kata Koeppel. "Tapi kami telah mempelajari Mars selama beberapa dekade sekarang, dan pada titik ini, kami memiliki akumulasi data yang sangat besar. Kami mulai mempelajarinya pada tingkat yang sebanding dengan cara kami mempelajari Bumi, dan ini adalah waktu yang sangat menarik bagi ilmu pengetahuan Mars," pungkasnya.
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR