Pagelaran kesenian ronggeng yang pertama telah berhasil dilaksanakan selama tiga hari pada 8-10 Desember lalu di Kuningan, Jawa Barat. Pagelaran seni dan budaya bertajuk “Temu Ronggeng: Penyuluhan dan Workshop Seni” telah menyatukan 200 ronggeng dari Pulau Jawa dan Sumatra dalam satu panggung.
Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menuturkan, pagelaran ini merupakan ajang untuk para ronggeng bersilaturahmi sekaligus tempat untuk melahirkan inovasi yang dihasilkan dari kolaborasi setiap daerah. “Ini yang pertama dalam sejarah, kesenian yang sudah berusia belasan abad ini harus kembali pada citra positifnya, sebagai kesenian yang sepuh dan adiluhung,” jelas Anies.
Perbaikan dari gerakan-gerakan ronggeng menjadi fokus utama dalam workshop perdana temu ronggeng ini. Endang Caturwati selaku Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman mengawal pembenahan gerakan ronggeng sesuai filosofinya. “Seni ronggeng ini tumbuh di berbagai daerah, pastinya akan mengalami perkembangan gerakan juga. Kita bantu mereka menghayati filosofi dari setiap gerakan yang ditarikan,” jelas Endang.
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra Utara menjadi kader perdana yang akan mengembalikan citra positif ronggeng. Diharapkan kelompok-kelompok yang datang dari berbagai daerah ini mampu mengikuti jejak ronggeng Kadempling Majalengka.
Pada Juni 2015, ronggeng Kadempling berhasil meraih rekor MURI. Sebanyak 1.525 ronggeng mengguncang Majalengka di hari ulang tahunnya yang ke-525. “Semoga ini bisa menjadi titik kebangkitan ronggeng di generasi selanjutnya,” tutur Endang.
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR