Tembok jingga dengan plat bertuliskan "Gong Factory" berdiri di sebuah pinggir jalan di Kawasan Kota Bogor. Tak disangka di balik tembok tersebut adalah tempat pembuatan gong dan alat musik gamelan yang telah ada sejak 370 tahun yang lalu.
KompasTravel bersama para wartawan sempat mengunjungi Gong Factory dalam rangka Media Trip Ezytravel.co.id, November 2015 lalu.
Beberapa pekerja terlihat berada di dalam ruang kerja yang panas dan tanpa penerangan. Di dalam ruang tersebut, pekerja sibuk melakukan pekerjaannya seperti memanaskan lempeng logam, mengendalikan alat penghembus angin, menempa besi, dan menghaluskan permukaan gong.
Di sisi lain dalam ruangan, bunyi logam beradu memenuhi telinga. Tiga orang bertugas menghantamkan palu untuk membentuk pola gong dan satu orang lainnya bertugas untuk menjaga logam agar tak lepas ketika dihantam palu.
"Ayo pukul. Satu, dua, tiga!" kata seorang pekerja.
Bara dari api menyebar ke sekitar pekerja. Para wartawan juga sempat terpercik oleh bara. Sementara, para pekerja tampak santai berada di dalam ruangan walaupun tak menggunakan kaus.
Pemandangan itulah yang akan terlihat ketika mengunjungi tempat pembuatan gong di Gong Factory, Bogor. Usaha pembuatan gong ini telah hadir sejak jaman kolonial menduduki Indonesia.!break!
Turun temurun
Pemilik Gong Factory yang merupakan generasi keenam sejak pertama kali berdiri, Sukarna (91) mengatakan tempat pembuatan gong telah turun temurun. Begitupun juga pengetahuan cara pembuatan gong yang juga diwariskan oleh generasi pertama.
"Sudah ada sejak 370 tahun yang lalu. Turun temurun cara pembuatan gongnya dari sejak generasi pertama," kata Sukarna kepada wartawan.
Ia mengatakan pengetahuan membuat gong telah ia pelajari selama 41 tahun. Logam dan timah yang menjadi bahan baku ia pelajari untuk menciptakan gong yang berkualitas bersama para pekerja.
"Karyawan Gong Factory ada 12 orang. Mulai bekerja antara jam 08.00-15.00," jelasnya.
Hasil gong dan alat-alat musik gamelan yang dihasilkan di Gong Factory juga menarik untuk dicermati. Sukarna mengatakan jika para turis asing juga sering menjadikan gong sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR