Kedua negara di Benua Amerika itu, produksi jagungnya per tahun mencapai rerata 9 juta ton. Jumlah tersebut, menurut Herry, bisa terwujud karena kedua negara tersebut menggunakan bioteknologi dalam pembuatan bibit jagungnnya.!break!
“Kita harus bisa bersikap mulai dari sekarang. Jika menggunakan bioteknologi, manfaatnya sangat banyak. Sementara, jika tidak, sudah jelas kita justru menyuplai pertanian negara lain. Karena, setiap tahunnya Indonesia masih mengimpor dari negara lain,” sebut dia.
Perubahan Iklim
Selain karena daya saing dan volume produksi yang tidak bisa berkembang signifikan, penggunaan bioteknologi patut segera dilaksanakan karena saat ini Indonesia dan dunia secara umum sedang dilanda perubahan iklim. Fenomena alam tersebut hingga saat ini masih menjadi permasalahan serius yang belum ditemukan jalan keluarnya.
Menurut Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Tohir, perubahan iklim yang paling terasa di sektor pertanian dan perkebunan adalah munculnya anomali iklim yang mengakibatkan tidak ada lagi periode siklus yang konsisten.
“Umur tanaman muda sangat peka terhadap perubahan iklim karena tahan/resisten terhadap kekurangan atau kelebihan air dan perubahan temperatur udara. Dalam kondisi tersebut, produksi pertanian dan perkebunan menjadi turun secara signifikan,” papar dia.
Penyebab turunnya produksi, kata Winarno, karena penyinaran matahari menjadi berkurang, penyerbukan terganggu karena angin dan hujan, serta munculnya serangan hama penyakit seperti wereng, tikus, kresek, dan lain-lain.
Karena itu, menurut Winarno, salah satu langkah yang bisa diambil untuk memecahkan persoalan tersebut, adalah dengan menerapkan biotetknologi dalam pertanian dan perkebunan Indonesia. Hal itu, karena lahan yang tersedia saat ini hingga beberapa waktu ke depan tidak akan banyak lagi. Sementara, pada saat bersamaan, kebutuhan pangan dunia justru akan meningkat berlipat-lipat karena penduduk dunia juga akan bertambah.
“Mencetak sawah berpengairan teknis sangat mahal dan lambat, sawah tanpa pengairan murah dan cepat dengan menggunakan teknologi perbenihan bioteknologi. Untuk itu, petani Indonesia menunggu political will dari pemerintah untuk dapat segera menyetujui adopsi benih bioteknologi di Indonesia agar manfaat dari teknologi ini dapat segera dirasakan oleh para petani”.
Selain faktor perubahan iklim dan penyusutan lahan pertanian beserta jumlah petaninya, Herry memaparkan, Indonesia perlu untuk segera menerapkan bioteknologi, karena saat ini negara lain sudah menerapkannya. Bahkan, produk bioteknologi dari luar negeri saat ini sudah membanjiri pasar Indonesia.!break!
Sosialisasi kepada Petani
Karena bioteknologi merupakan hal yang baru, baik Winarno maupun Herry sepakat, dibutuhkan upaya ekstra keras karena hingga saat ini petani di seluruh Indonesia masih belum melek informasi tentang manfaat bioteknologi.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR