“Kalau soal kontroversi tentang bioteknologi, itu akan selalu ada. Tapi, bagaimana kita harus bisa mengambil sisi positifnya saja. Lagipula, bioteknologi ini akan membawa keberkahan jika diterapkan di Indonesia,” ungkap Winarno.
Untuk itu, perlu sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait, termasuk Pemerintah di dalamnya. Petani, sebagai ujung tombak dari sektor pertanian dan perkebunan, harus mendapat pemahaman utuh tentang bioteknologi dan bagaimana penerapannya.
Sementara, Herry berpendapat, selain petani, yang harus mendapatkan pemahaman juga adalah pihak-pihak terkait yang bersinggungan langsung dengan pertanian dan perkebunan. Bisa saja, itu adalah Pemerintah, swasta ataupun masyarakat biasa.
Kedaulatan Petani
Sedangkan Dr. Vandana Shiva, aktivis pangan dan lingkungan dari India dalam diskusi pakar yang diselenggarakan Yayasan Keanekaragaman Hayati di Jakarta, pada Agustus 2014 mengatakan kedaulatan pangan berawal dari kedaulatan petani dalam menanam benih pangan mereka sendiri.
Vandana menjelaskan benih merupakan titik awal sistem pangan. Maka Ketika benih dikuasai oleh sekelompok orang atau perusahaan, maka dampaknya akan berlaku untuk seluruh konsumen pangan, seperti tingginya harga pangan, dan sulitnya mengakses makanan yang sehat dan aman.
Sedangkan Serikat Petani Indonesia (SPI) menyatakan pemanfaatan benih GMO akan menghilangkan benih lokal dan berikutnya petani-petani penangkar benih. Kelompok petani penangkar selanjutnya akan diganti dengan buruh ekslusif ‘penangkar’ GMO di laboratoriun-laboratorium benih industri korporasi.
Ketua SPI Henry Saragih yang dikutip dari laman SPI mengatakan hal tersebut akan menghilangkan satu mata rantai produksi benih dari tangan petani. Dan sistem perbenihan rakyat – yang mendapatkan angin segar dari hasil keputusan MK terhadap judicial review atas UU Sistem Budidaya Benih menyangkut perbenihan – bakal mengalami kelesuan nantinya bila pasar GMO diizinkan.
Mengenai aspek keamanan pangan (food safety), Hery mengatakan pemerintah melalui Komisi Keamanan hayati Produk Rekayasa Genetika harus semakin hati-hati dalam pengambilan keputusan tentang keamanan pangan GMO. Prinsip kehati-hatian (precautionary) dalam keamanan pangan harus diutamakan.
Oleh karena itu, SPI menolak segala upaya Pemerintah untuk mengizinkan penggunaan dan peredaran benih GMO dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan. SPI juga akan mendukung penuh upaya para ahli teknologi pertanian untuk memanfaatkan dan mengembangkan benih lokal dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR