Matahari siang menerangi pesisir Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Minggu (7/2/2016). Pantai yang mengelilingi Teluk Balaesang di Selat Makassar itu memendarkan cahaya putih, memantulkan sinar matahari. Hingga sejauh 50 meter ke laut, dasar laut masih terlihat jelas.
Pasir putih, ikan, rerumputan halus, dan karang seperti menampakkan diri. Lepas dari laut dangkal, terbentang perairan teluk nan biru.
Bentangan pantai berpasir putih lembut bernama Pantai Labuana itu terletak di wilayah dua desa bertetangga, yakni Desa Lambogia, Kecamatan Balaesang, dan Desa Lende Tovea, Kecamatan Sirenja.
Lokasi pantai terletak sekitar 105 kilometer arah utara Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Butiran pasir terasa lembut.
Ada enam lokasi yang biasa dijadikan titik kumpul untuk bersantai, berenang, ataupun berkemah di Pantai Labuana. Bentangan pantai yang dijadikan obyek wisata sekitar 1 kilometer.
Namun, pengunjung lebih memilih lokasi yang ada di Dusun II, Desa Lende Tovea. Di titik itu pantai landai dan terdapat banyak pohon ketapang yang rindang. Laut yang dangkal dengan gulungan ombak kecil nyaman untuk berenang, termasuk bagi anak-anak. Orangtua hanya perlu mewaspadai lalu lalang sampan nelayan.
Berwisata ke Pantai Labuana, pengunjung bisa memilih berbagai aktivitas, mulai dari berenang dan bermain-main di pasir, berkemah, menikmati pendaran cahaya keemasan matahari kembali ke peraduan, hingga memancing di teluk nan biru.
Untuk memancing, pengunjung bisa memanfaatkan dermaga kayu yang menjulur sekitar 50 meter ke teluk. Banyak ikan yang bisa dikail, yakni ikan katombo hingga marlin (ikan sori). Kalau mau yang lebih menantang, perahu nelayan juga bisa disewakan untuk memancing di teluk.
Siang itu jumlah pengunjung Pantai Labuana mencapai 200 orang. Pengunjung berasal dari daerah sekitar, tak sedikit pula dari Kota Palu dengan menempuh perjalanan menggunakan mobil sekitar tiga jam.!break!
Berkemah
Pengunjung yang berkemah sejak Sabtu (6/2/2016) lebih banyak daripada yang mendatangi tempat itu pada Minggu siang. Mereka ingin menikmati gelombang teluk dan juga pendar keemasan matahari terbenam.
”Melihat matahari terbenam, saya merasa plong. Ini tempat yang perlu dikunjungi,” ujar Adnan (27), pengunjung asal Palu, yang datang berkemah bersama lima sahabatnya.
Karena terletak di kampung nelayan, pengunjung bisa menikmati aktivitas harian nelayan atau bahkan turut mengambil bagian di dalamnya. Pengunjung dapat ikut nelayan mengeluarkan ikan dari jala yang ditebar tak jauh dari pantai.
”Ini wisata yang komplet. Pengunjung dan nelayan bisa berinteraksi. Kalau lokasi ini dikembangkan dengan baik, semua itu bisa dikemas dengan menarik. Perekonomian di sini pasti berkembang,” ujar Abdian Rachman (27), pemuda Balaesang.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR