Nationalgeographic.co.id—Setiap tahun, ada 295.000 ibu yang meninggal saat melahirkan, 2 juta bayi baru lahir mati, dan 2,5 juta kematian neonatal terjadi di seluruh dunia. Angka kematian neonatal adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal dalam periode 28 hari pertama kehidupan mereka.
Peningkatan kualitas perawatan sebenarnya dapat mencegah sebagian besar kematian tersebut. Untuk alasan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkenalkan Safe Childbirth Checklist (SCC) atau Daftar Periksa Persalinan yang Aman. Daftar Periksa ini menargetkan cara untuk meningkatkan kualitas perawatan.
Sebuah tim peneliti internasional dari Universitas Göttingen, Universitas Syiah Kuala, Indonesia, dan Universitas Heidelberg mengadaptasi intervensi tersebut untuk memenuhi kebutuhan lokal. Mereka mengumpulkan data dan menganalisis pengaruh Daftar Periksa ini terhadap kualitas perawatan dan kematian di 32 fasilitas kesehatan di Indonesia. Hasil penelitian mereka ini telah dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open.
Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa penggunaan Daftar Periksa Persalinan yang Aman telah meningkatkan komunikasi tanda-tanda bahaya, memperbaiki cara bayi diberi makan, dan meningkatkan frekuensi pengukuran suhu pada neonatus. Neonatus adalah bayi berusia 0 sampai 28 hari.
Secara khusus, para bidan melakukan pengukuran suhu yang memadai pada kurang dari setengah kelahiran di fasilitas kesehatan tanpa Daftar Periksa tersebut. Yang paling terlihat, hasilnya menunjukkan bahwa di fasilitas di mana para stafnya lebih sering menggunakan Daftar Periksa ini, tingkat kelahiran matinya menurun.
Untuk menilai efektivitas Daftar Periksa ini, WHO mengundang para praktisi dan akademisi untuk mengevaluasinya dalam konteks yang berbeda. Tiga puluh lima negara di seluruh dunia sekarang menggunakan alat ini.
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas Göttingen dan Universitas Syiah Kuala bergabung dalam kerja sama dunia ini untuk meneliti efek Daftar Periksa ini di Indonesia. Studi mereka menemukan bahwa Daftar Periksa Persalinan yang Aman berkontribusi pada peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia.
Farah Diba, peneliti Universitas Syiah Kuala, mengatakan bahwa "Menggunakan Daftar Periksa Persalinan yang Aman telah meningkatkan komunikasi di bangsal dengan ibu dan penyedia layanan kesehatan lainnya, yang mengarah pada peningkatan kualitas perawatan."
Di antara 32 fasilitas yang berpartisipasi dalam uji coba ini, peningkatan yang signifikan hingga 41 poin persentase diamati dalam penerapan 5 dari 36 praktik kelahiran penting di 16 fasilitas perawatan yang menggunakan Daftar Periksa ini dibandingkan dengan 16 fasilitas kontrol. Semua dari 32 fasilitas ini menerapkan Daftar Periksa ini dengan mendapatkan pembinaan dengan intensitas sedang atau menengah.
Namun, memastikan kepatuhan jangka panjang semua fasilitas kesehatan terhadap alat peningkatan kualitas ini tetap menjadi tantangan.
"Meskipun hasilnya menjanjikan, penelitian di masa depan diperlukan untuk memahami faktor-faktor apa yang dapat mendukung para bidan dalam menggunakan Daftar Periksa Persalinan yang Aman dan hambatan apa yang masih ada untuk memastikan kehamilan dan kelahiran yang sehat," ujar Lennart Kaplan, peneliti pascadoktoral di Universitas Göttingen yang turut terlibat dalam studi ini, sebagaimana dilansir EurekAlert.
Bagaimanapun, menurut para peneliti, pembinaan intensitas menengah mungkin tidak cukup untuk meningkatkan penerapan Daftar Periksa Persalinan yang Aman ini sampai tingkat yang memuaskan. Namun, pembinaan ini tampaknya bermanfaat untuk menilai pendekatan pembinaan yang didesain ulang yang mendorong perubahan perilaku jangka panjang dan efektivitas penggunaan Daftar Periksa ini di tiap fasilitas kesehatan atau bidan tersebut.
Baca Juga: Kisah Haru Seorang Ibu Menopause yang Hamil Mengandung Cucunya Sendiri
Source | : | eurekalert,JAMA Network |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR