Kalau alam semesta tidak memiliki pusat, bagaimana alam semesta bisa dikatakan memuai? Ia memuai terhadap apakah? Bukankah harus ada titik dimana kita bisa mengatakan sesuatu itu memuai?
Sekarang bayangkan alam semesta dalam model 2 dimensi. Bayangkan permukaan balon sebagai alam semesta dua dimensi. Dan berilah titik-titik hitam dengan spidol di permukaannya dan anggaplah titik-titik ini adalah galaksi. Balon yang kita bayangkan ini juga bulat sempurna dan tidak ada titik istimewa atau “area tiupan” dimanapun di permukaan balon tersebut. Lupakan bahwa balon ini ada yang meniup maupun detil bagaimana balon itu bisa mengembang tanpa ditiup.
Yang terutama disini adalah permukaan balon dalam dua dimensi.
Sekarang bayangkan juga balon itu mulai memuai menjadi semakin besar dan terus membesar. Galaksi dalam model alam semesta seperti ini hanya ada di permukaan dan makhluk hidup yang ada di permukaan alam semesta ini hanya bisa bergerak di sekeliling permukaan. Hanya bergerak kiri – kanan, depan – belakang tapi tidak ke atas dan bawah. Karena jika bergerak ke atas dan bawah artinya ia meninggalkan alam semesta.
Dengan mengembangnya balon, maka titik-titik hitam yang sudah digambarkan di permukaan balon itu akan ikut mengembang dan jarak antar titik pun akan saling menjauh satu sama lainnya. Dan.. makhluk hidup di alam semesta 2D ini akan bisa mengukur pemuaiannya dan juga jarak antar galaksi yang semakin hari semakin besar.
Jika demikian, dimanakah titik pusat pemuaian atau titik awal mengembangnya balon?
Jawabannya, tidak dimanapun. Tidak ada satu titik pun di balon yang merupakan titik atau lokasi istimewa dibanding titik atau lokasi lainnya. Semuanya lokasi sama dan pemuaian terjadi di semua tempat sehingga tidak ada satu tempat pun di balon yang bisa disebut titik pusat.
Dan jika kita kembali ke masa lalu sebelum balon mengembang, maka kondisi balon pada masa itu masih kecil dan semua titik di balon berada pada jarak yang sangat dekat satu sama lainnya demikian juga semua materi di permukaan balon itu berada berdekatan. Kalau diimplikasikan dengan alam semesta kita maka di masa lalu, alam semesta itu kecil dan padat. Dari sanalah kemudian balon mengembang menjadi besar seperti halnya alam semesta yang juga mengembang menjadi sangat besar.
Semua titik di alam semesta kemudian ikut mengembang mejadi seperti yang kita lihat sekarang. Tidak ada apapun di dalam alam semesta yang memuai ini yang bukan bagian dari apa yang ada di permukaan alam semesta ketika masih kecil dan padat. Yang terjadi semua yang ada dulu itu mengembang jadi besar dan menjauh satu sama lainnya.
Inilah yang terjadi dengan alam semesta kita. Di masa lalu, alam semesta kecil, panas dan padat. Ia kemudian memuai menjadi alam semesta yang lebih besar, dingin dan jarak antar galaksi dan materi di dalamnya pun semakin menjauh satu sama lainnya.
Sama seperti balon tidak ada lokasi istimewa yang jadi pusat, alam semesta kita juga homogen dan isotropis dan pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta yang bisa kita sebuat sebagai posisi awal atau pusat dari alam semesta.
Inilah Big Bang yang sebenarnya. Ia bukan sebuah peristiwa ledakan kosmik dan teori Big Bang memang tidak terlalu sesuai dengan namanya.
Jadi…
Teori Big Bang menggambarkan evolusi awal alam semesta dari kondisi yang sangat panas dan padat dimana semuanya merupakan sup partikel fundamental ke suatu keadaaan yang kita lihat sekarang yang penuh dengan bintang dan galaksi, materi gelap di sekitar galaksi, dan energi gelap yang juga menyebar dimana-mana. Tapi semua itu tidak bergerak menjauh dari satu titik melainkan semuanya bersama-sama bergerak saling menjauh.
Dan berdasarkan radiasi latar belakang yang sama di seluruh penjuru langit, mendukung pernyataan bahwa gas yang mengimiskan radiasi tsb terdistribusi secara seragam di seluruh penjuru alam semeta. Jika Big Bang sebuah ledakan (di dalam ruang), tentunya distribusi temperatur akan berbeda, sebagai pertanda terjadinya ledakan.
Jadi alam semesta tidak memiliki pusat dan titik awal melainkan Big Bang terjadi di semua tempat.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR