Banyak pemicu kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Keinginan menyalurkan hasrat seksual tak berdiri sendiri sebagai penyebab terjadinya pemerkosaan.
Ambil contoh kasus Eno di Tangerang yang dipicu oleh penolakan korban untuk berhubungan seks dengan si pelaku. Penolakan tersebut membuat pelaku marah, sehingga nekat memerkosa kemudian membunuh.
Psikolog dari Klinik Daya Insani, Sani B. Hermawan menjelaskan hal seperti itu disebut anger aggression atau agresi yang disebabkan oleh amarah. Dalam kasus ini, amarah tersulut oleh sebuah penolakan.
“Apalagi di usia remaja, saat pencarian jati diri. Saat mencari pengakuan. Penolakan merupakan sesuatu yang sulit diterima,” ujar Sani.
Mengenai dorongan hasrat, Sani memaparkan kalau hal tersebut wajar di usia remaja. Sayangnya, dorongan hasrat itu dipadu dengan informasi yang salah mengenai seks.
“Informasi mengenai seks bertebaran. Masalahnya, apakah itu informasi yang benar atau sekedar dari film porno?” tanya Sani.
Kalau salah informasi, lanjut Sani, bukan tak mungkin remaja tersebut akan salah mengartikan mengenai seks. Termasuk salah menyalurkannya.
Selain pornografi, minuman beralkohol kerap dituding sebagai biang pemicu terjadinya pemerkosaan. Minuman ini dianggap sebagai pembangkit gairah.
Secara terpisah, Zoya Amirin yang menggeluti dunia psikologi seksual, menjelaskan kalau alkohol tak bisa dijadikan alasan terjadinya pemerkosaan. Alasannya, orang yang mabuk justru cenderung kehilangan tenaga.
“Pernah minum alkohol? Tahu bagaimana orang mabuk? Biasanya orang yang mabuk berat itu justru pusing sendiri, mengantuk, dan merasa lemas. Jalan pulang saja sulit, apalagi memerkosa,” ucap psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Menurut Zoya, pemerkosaan terjadi karena memang sudah ada dorongan untuk melakukan hal itu. Minuman beralkohol hanya sebagai ‘penyemangat’.
“Dengan menenggak alkohol, orang tersebut merasa lebih punya nyali, lebih berani, lebih jantan. Intinya adalah ide tentang seks atau memperkosa sudah ada dalam pikiran. Tanpa alkohol pun pemerkosaaan bisa terjadi jika memang ada niat dari si pelaku,” papar Zoya.
Baik Zoya dan Sani berpendapat kalau kasus pemerkosaan bisa dicegah dengan pendidikan seks yang benar. Hal ini harus dimulai dari keluarga.
“Keluarga harus terbuka untuk dialog mengenai seks. Ajarkan anak hal yang benar tentang seks agar bisa mengontrol emosi dan dorongan seks,” imbuh Sani.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR