"Peristiwa ini mungkin merupakan titik balik dalam sifat berbasis komunitas dan pengumpulan sumber daya dari situs-situs upacara besar, yang akan menjadi tidak berkelanjutan di sebagian besar wilayah," kata para peneliti dalam makalah studi mereka.
"Akibatnya, beberapa kelompok inti bubar menjadi unit-unit sosial yang lebih kecil, tersebar, dan relatif independen yang diorganisir dalam permukiman-permukiman yang berumur pendek dan permukiman-permukiman logistik yang terkenal kurang terlihat secara arkeologis," kata para peneliti seperti dilansir Science Alert.
Pecahnya tatanan sosial ini selanjutnya didukung oleh peningkatan jumlah situs arkeologi kecil dan dangkal dari sekitar 2.000 tahun yang lalu. Situs-situs yang lebih baru ini juga lebih cenderung berisi kail berumpan untuk menangkap ikan di perairan yang lebih dalam dan keramik untuk menyimpan makanan lebih lama.
Baca Juga: Studi: Air Laut Akan Naik Lebih Tinggi daripada Perkiraan Sebelumnya
Dengan menyatukan semua bukti ini, para peneliti berpendapat ada banyak pendorong budaya yang memperburuk perubahan sosial di Brasil selatan ribuan tahun yang lalu, tetapi pemicu awalnya mungkin adalah perubahan iklim. Menurunnya aktivitas makan kerang karena surutnya air laut dapat menciptakan lingkungan yang sempurna untuk pengenalan dan penggunaan tembikar dan kail berumpan.
Temuan yang telah diterbitkan di jurnal Scientific Reports ini memberikan pelajaran penting kepada masyarakat saat ini. Sebuah pelajaran sekaligus pengingat bahwa kita hanya sekuat tanah yang kita andalkan, dan segera, banyak dari tanah itu bisa hilang.
Perubahan iklim antropogenik diperkirakan akan menaikkan permukaan laut sekitar 0,3 meter pada akhir abad ini dibandingkan dengan awal abad ini. Praktis, itu berarti kira-kira setengah dari pantai berpasir di planet kita bisa tersapu dan tertutupi ombak.
Karena lebih dari sepertiga populasi global saat ini sangat bergantung pada sumber daya pesisir dan laut, perubahan muka laut ini bisa menjadi petaka atau bencana besar bagi banyak komunitas.
Baca Juga: Beberapa Perkara yang Harus Kita Ketahui Seputar Kenaikan Muka Laut
Source | : | Scientific Reports |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR