Sementara itu, koresponden The New Yorker George Packer, yang pernah meliput perang Irak, menduga pinggiran kota Paris merupakan lahan subur perekrutan anggota kelompok radikal.
"Perancis memiliki berbagai jenis kawasan pinggiran, tapi ada salah satu istilah yang khusus yaitu banlieus, yang berkonotasi sebagai kawasan kumuh yang didominasi imigran," tulis Packer dalam artikel berjudul "The Other France".
"Di dalam banlieues terdapat cités yaitu sebuah bangunan permukiman massal yang didirikan di masa sesudah perang. Ditujukan sebagai permukiman pekerja, kini menjelma sebagai kawasan miskin dan isolasi sosial. Para penghuni cités adalah subyek kecurigaan dan kebencian di Perancis," tambah Packer.
Para penghuni banlieues ini sebagian besar adalah imigran asal Aljazair yang hingga 1962 merupakan bagian dari Perancis Raya, sebelum merdeka setelah menjalani perang kemerdekaan yang brutal selama delapan tahun.
Meski warga Perancis keturunan Aljazair saat ini sebagian besar sudah lahir di negeri itu, tetapi rasa keterisolasian dari keseluruhan masyarakat Perancis sangat terasa.
"Masyarakat imigran kerap menggambarkan warga kulit putih dengan istilah Francais de souche atau Perancis dari akarnya. Implikasinya, warga dengan kulit berwarna lebih gelap tak merasa diri mereka sepenuhnya Perancis," tambah Packer.!break!
Perancis dan Afrika Utara
Kedekatan dengan Afrika Utara khususnya Aljazair juga menjadi sorotan John R Bowen, profesor ilmu antropoligi dri Universitas Washington di St Louis, AS.
Dalam opininya yang dimuat majalah TIME awal tahun ini, dia mengalisa penyebab kerapnya Perancis menjadi sasaran serangan teror.
Bowen menyebut adalah sejarah negeri itu dengan Aljazair dan dunia Islam pada umumnya, mengundang banyak imigran ke negeri tersebut.
Sejak 1830, ketika Perancis menjajah Aljazair, negeri itu sudah menganggap Afrika Utara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, sebagai halaman belakangnya.
Setelah Perang Dunia I, Perancis menguasai Suriah dan Lebanon. Sejak saat itu banyak warga Perancis yang tinggal di Afrika Utara dan sebagian Timur Tengah.
Setelah Perang Dunia II, banyak warga Afrika Utara datang ke Perancis untuk bekerja di berbagai pabrik baru.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR