Untuk kali pertama dalam sejarah, Festival Ketupat digelar di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tepatnya di Wisata Bahari Lamongan (WBL), Kamis (14/7/2016), dengan tajuk "Festival Kupatan Tanjung Kodok Lamongan 2016".
Melihat apresiasi dan animo tinggi warga setempat, membuat Bupati Lamongan Fadeli, bertekad untuk menjadikan agenda tersebut sebagai acara rutin yang bakal dilaksanakan setiap tahun. Terlebih, budaya kupatan sudah lazim dikenal oleh masyarakat setempat sebagai tradisi tinggalan para leluhur.
“Festival memang baru kali ini kami laksanakan. Namun tradisi kupatan, sudah berlangsung bertahun-tahun di sini. Sehingga untuk melestarikan tradisi masyarakat ini, kami bertekad akan terus menyelenggarakan acara seperti ini setiap tahun,” ucap Fadeli, Kamis (14/7/2016).
Terlebih, selain sudah menjadi tradisi turun temurun, momen yang biasa diperingati oleh masyarakat setempat tujuh hari setelah Lebaran ini, dianggap memiliki makna dan nilai filosofi yang tinggi.
“Melalui festival ini, kami ingin menghidupkan kembali tradisi leluhur. Terutama, untuk memaknainya sebagai bagian mengenang kegigihan syiar agama islam yang telah dilakukan oleh Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur,” jelasnya.
Ia pun berjanji, bakal terus meningkatkan skala festival kupatan menjadi lebih besar secara bertahap. Meski untuk edisi perdana kali ini, baru sekedar diikuti oleh warga setempat yang berada di lingkup Pantura (Pantai Utara).
“Saat ini, mungkin baru diikuti oleh masyarakat yang tinggal di Pantura saja. Tapi nantinya, akan coba kami tata ulang dengan pengelolaan yang lebih baik, agar dapat diikuti perwakilan dari seluruh kecamatan yang ada di Lamongan, sehingga bisa lebih meriah lagi dan menjadi even nasional,” papar Fadeli.
Dalam rangkaian edisi perdana kali ini, sebelum agenda utama digelar, para pengunjung lebih dulu disuguhi dengan tontonan defile perahu hias milik nelayan setempat, yang membawa masakan ketupat dengan berbagai ukuran.
Bersama dengan Wakil Bupati Kartika Hidayati dan Sekretaris Kabupaten Yuhronur Efendi, serta jajaran SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), Fadeli menikmati pertunjukkan tersebut di Dermaga Marina, WBL.
Baru setelah tontonan berakhir, para petinggi di Kabupaten Lamongan tersebut diajak untuk kenduri ketupat. Yakni, makan bersama ketupat yang berasal dari perahu para nelayan dengan berbagai ukuran tersebut, dengan berbagai sayur dan olahan lauk-pauk.
“Semoga saja, festival dan tradisi ini akan terus berkembang di tahun yang akan datang, serta menjadi even nasional,” harap penyaji sejarah kupatan, Hidayat Iksan.
PGN Tanam 5.000 Mangrove di Semarang: Awal Komitmen untuk Dampak Lingkungan dan Ekonomi yang Lebih Besar
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR