Umumnya, para penikmat kopi adalah orang Amerika dan bukan dari kalangan penjajah (inggris) yang lebih senang meminum teh. Pertemuan penting para tokoh revolusioner Amerika Serikat, terjadi di bagian kedai paling bawah, atau ruang bawah tanah untuk menghindari sergapan dan penangkapan.
Melalui cangkir-cangkir kopi yang tersaji, harumnya yang menggugah, percakapan bebas tentang politik mengalir sebegitu derasnya. Tak ayal, pergumulan di kedai kopi menjadi bagian dari semangat revolusi.
Sebagaimana dilansir American Battlefield Trust, Sebagian besar rumah-rumah di Amerika, tidak dilengkapi dengan alat untuk menyeduh kopi, sehingga kedai kopi dengan cepat menjadi tempat populer bagi orang-orang dari semua kalangan dan status sosial ekonomi.
Artikelnya berjudul Sip Sip Hurrah! How Coffee Shaped Revolutionary America, menjelaskan tentang diskusi di kedai kopi, tempat mereka berkumpul dan berdiskusi bebas, hingga melahirkan gagasan revolusi.
Baca Juga: Makna Semboyan Liberte, Egalite, Fraternite dalam Budaya Prancis
Pemboikotan teh akhirnya menjadi agenda besar sebagai bentuk perlawanan komoditas penjajah (Inggris). "Boikot teh pun terjadi, dan kopi dengan cepat menggantikan bir sebagai minuman pilihan paling populer sampai saat ini," terangnya.
Gagasan perlawanan dan pemboikotan terhadap kebijakan pemerintah kolonial semakin gencar dibicarakan di kedai kopi. "Ide-ide dan gagasan yang dikemas dalam tulisan, semakin manjur berkat kopi," tulis American Battlefield Trust dalam artikelnya.
Source | : | History,American Battlefield Trust |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR