Populasi manusia diperkirakan akan mencapai angka 9 milyar pada tahun 2050 mendatang. Bumi semakin penuh, sumber daya menipis, sementara konsumsi akan meningkat seiring bertambahnya populasi. Tak akan butuh waktu lama, sampai akhirnya Bumi menjadi planet tak layak huni.
Kenyataan itu membuat para astronom giat mengeksplorasi dan meneliti antariksa: adakah planet lain yang bisa dihuni seperti Bumi?
Penelitian selama bertahun-tahun yang dilakukan astronom tak sepenuhnya berakhir sia-sia. Hingga saat ini, terdapat 1.284 planet ekstrasurya di alam semesta yang telah terkonfirmasi keberadaannya. Dari sejumlah tersebut, 100 diantaranya seukuran dengan Bumi. Sementara itu, ada 9 planet yang diduga layak untuk dihuni.
Baru-baru ini, tim ilmuwan yang bekerja di proyek Pale Red Dot, menemukan planet baru berpotensi layak huni yang letaknya tak jauh dari Tata Surya kita.
Pengamatan yang dilakukan secara sporadis antara tahun 2000 dan 2014 telah mengisyaratkan keberadaan sebuah planet yang mengorbit bintang Proxima dalam 11 hari. Saat itu, tanda-tandanya agak samar, sehingga ilmuwan belum dapat memastikannya. Awal tahun ini, tim ilmuwan Pale Red Dot menggunakan instrumen pengamat benda langit yang paling tajam: High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS), untuk mengamati bintang katai merah tersebut.
Berlokasi di situs European Southern Obervatory di La Silla, Chille, HARPS mengukur pergerakan bintang malam demi malam. Tim ilmuwan berhasil mendeteksi sinyal bintang itu sepanjang penelitian. Setelah lebih dari 30 malam, tim ilmuwan akhirnya mulai menyusun karya ilmiah berisi tentang penemuan tersebut, yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 24 Agustus.
“Kami mencoba untuk tetap skeptis, karena tidak ingin mengklaim hal besar seperti ini, dan kemudian menariknya beberapa bulan kemudian,” kata salah satu anggota tim, Guillem Anglada-Escude.
Hasil observasi mengungkap bahwa Proxima b seukuran Bumi, dan orbitnya menunjukkan bahwa planet tersebut berada di zona yang cukup hangat sehingga air cair dapat ditemukan di permukaannya.
Planet yang diberi nama Proxima b itu berjarak 4,24 tahun cahaya dari planet kita. Planet tersebut mengelilingi bintang terkecil di sistem tiga bintang Alpha Centauri, yakni bintang katai merah Proxima Centauri, yang bersinar di bagian selatan rasi Centaurus.
“Planet bebatuan berpotensi layak huni di sekitar Proxima akan menjadi lokasi paling alami bagi peradaban kita jika harus pindah setelah Matahari kita padam, lima milyar tahun dari sekarang,” kata ilmuwan Avi Loeb dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.
Planet atau aktivitas bintang?
Tim Pale Red Dot sangat berhati-hati dalam mengkonfirmasi penemuan ini. Mereka akan melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan bahwa sinyal tersebut benar-benar merupakan planet, bukannya aktivitas bintang. Ini merupakan tahap terpenting dan sama sekali tak mudah, mengingat sifat bintang Proxima Centauri, yang secara berkala menyemburkan lidah api dan radiasi ke luar angkasa.
“Ada beberapa tes diagnosa yang dapat menentukan apakah tanda ini merupakan planet atau hanya aktivitas bintang,” kata Lauren Weiss dari University of California.
Ia melanjutkan, “Tim telah melakukan semuanya, dan hasilnya, hipotesis planet cukup kuat untuk saat ini.”
Bahkan tim ilmuwan menemukan beberapa tanda bahwa mungkin planet ekstrasurya Proxima b memiliki saudara.
“Salah satu tanda menunjukkan bahwa ada kemungkinan planet Bumi super mengorbit bintang yang sama tiap 200 hari,” kata Anglada-Escude, akan tetapi tim membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan asal-usul sinyal tersebut.
Apakah Proxima b dapat menyokong kehidupan?
Penemuan planet ekstrasurya baru selalu menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan: apakah planet tersebut memiliki unsur-unsur kehidupan dan bisa dihuni?
Untuk saat ini, para peneliti belum mengetahui banyak tentang tentang planet tersebut untuk menilai sifat alaminya. Tapi berdasarkan informasi yang ada saat ini, planet tersebut tak benar-benar mirip Bumi.
“Planet ini berada di orbit hangat, tetapi bukan berarti bisa layak huni. Ada banyak hal yang harus kita diskusikan lebih jauh,” kata Anglada Escude.
Misalnya saja, dari sisi usia, bintang Proxima Centauri tak mirip Matahari. Massanya sekitar 12 persen massa Matahari, dengan medan magnet 600 kali lebih kuat, dan memancarkan sebagian besar cahaya dalam panjang gelombang inframerah yang relatif dingin.
Proxima b juga memancarkan sinar X seperti matahari, artinya, planet di zona yang memungkinkan adanya air cair juga berada di zona percikan partikel yang berpotensi merusak. Belum lagi lidah api Proxima Centauri cukup besar jika dibandingkan bintang katai merah lainnya.
Bintang itu memang menjadi agak dingin di usia tua, tetapi tetap dapat menyemburkan sejumlah besar radiasi Ultraviolet ke sekelilingnya, sehingga berpotensi mengancam kehidupan di permukaan planet yang berada di dekatnya.
“Jika atmosfer planetnya tipis, maka akan banyak radiasi UV yang sampai ke permukaan,” kata Lisa Kaltengger, peneliti Cornell University.
Selain itu, ada probabilitas kuat bahwa salah satu sisi Planet Proxima b menghadap bintangnya terus menerus, sementara sisi lain menghadap kegelapan antariksa.
“Kehidupan, jika memang ada, mungkin melalui awal yang lebih buruk dibandingkan kehidupan di Bumi, “ kata Kaltenegger.
Lantas ia melanjutkan, “Tapi inilah hal paling menarik dalam mempelajari planet asing. Mereka hanya sedikit berbeda, tetapi dapat mengungkap keanekaragaman kehidupan menakjubkan yang tak pernah kita bayangkan.”
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR