Nationalgeographic.co.id—Catatan fosil lebih dari sekadar dinosaurus raksasa. Faktanya, beberapa fosil yang paling mengesankan bukanlah tulang raksasa seperti pilar, melainkan sisa-sisa organisme kecil dan halus. Fosil-fosil itu terkubur dalam kondisi yang tepat untuk mengungkapkan dunia yang hilang pada jutaan tahun setelah kematian mereka kepada kita. Sebuah fosil serangga pulih dari strata kuno Colorado menawarkan satu jendela seperti itu ke masa lalu.
Fosil kutu pembunuh, seperti yang dijelaskan di Papers in Palaeontology, telah menarik perhatian paleontologis karena spesimen langka memiliki alat kelaminnya yang utuh. Terkelupas dari batu berusia 50 juta tahun, serangga ini terawetkan dengan sangat indah sehingga seolah terlihat siap untuk merangkak keluar dari batu. Bahkan, pita berwarna di sepanjang kaki dan tubuh serangga terlihat. Situasi inilah yang mambuat peneliti mampu menyatukan rangkaian cerita serangga Eosen ini.
Serangga itu berasal dari masa ketika danau-danau luas menutupi petak-petak yang akan menjadi Amerika Serikat bagian barat. Kawasan ini dikelilingi oleh hutan semitropis yang menampung kerabat lemur, kelelawar purba, dan makhluk lain. Danau ini dengan cepat mengubur organisme yang menetap di dasar yang minim oksigen. Alam telah menekan organisme-organisme itu menjadi setipis kertas selama 50 juta tahun. Dikenal sebagai Formasi Green River, satuan batuan ini telah menghasilkan beberapa fosil paling indah dan terperinci dari yang pernah ditemukan.
Ahli paleontologi bukan satu-satunya orang yang tertarik dengan fosil Green River. Tambang milik swasta mengkhususkan diri dalam mengekstraksi, membersihkan dan menjual fosil dari Formasi Green River, terutama spesies langka. Begitulah setengah dari fosil serangga pembunuh yang ditampilkan dalam penelitian ini menjadi milik kolektor fosil pribadi dan rekan penulis studi Yinan Wang. Kabarnya setengah lainnya dimiliki oleh kolektor pribadi lain, Dan Judd, yang menyumbangkan potongan kedua kepada para peneliti.
Fosil kutu pembunuh bernama Aphelicophontes danjuddi, nama yang diberikan untuk menghormati sumbangan Judd. Perkara yang membuatnya benar-benar istimewa adalah alat kelamin fosil serangga ini dapat dilihat secara detail. Inilah aspek anatomi penting yang sering digunakan ahli entomologi untuk membedakan serangga pembunuh satu dengan lainnya.
Dalam istilah teknis, kata ahli entomologi dan penulis studi dari University of Illinois di Urbana-Champaign Daniel Swanson, organ genital serangga pembunuh disebut pygophore. “Kata itu berasal dari dua akar kata Yunani Kuno yang secara harfiah berarti 'pantat' dan 'sesuatu yang membawa,' kata Swanson.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR