Dalam studi ini, Schmidt dan timnya membandingkan 10 perempuan yang didiagnosa dengan PMDD dan 9 dengan siklus menstruasi normal tanpa PMDD. Ketika perempuan dengan PMDD diberi obat untuk memblokir pelepasan hormon seks yang biasa luruh saat menstruasi—estradiol atau progesteron, mereka tidak mengalami gejala parah yang biasa terjadi saat mereka menstruasi. Namun, gejala tersebut kembali terjadi ketika para penderita PMDD terpapar hormone estradiol dan progesteron. Hasil penelitian ini memperkuat temuan pada studi sebelumnya.
Saat para peneliti mempelajari sel-sel para partisipan di laboratorium, jaringan gen spesifik yang berperan memberikan reaksi terhadap hormon di dalam sel-sel penderita PMDD ternyata berbeda dengan perempuan yang mengalami gejala PMS biasa.
Untuk memastikannya, para peneliti menganalisis urutan gen pada kelompok yang lebih besar, 34 perempuan dengan PMDD dan 30 perempuan normal. Hasil analisis mengungkap, penderita PMDD di kelompok yang lebih besar juga mengalami perubahan pada jaringan genetik serupa.
“Ini adalah bukti pertama bahwa perbedaan sensitivitas hormon pada pasien PMDD didasarkan pada perbedaan biologis yang terjadi pada tingkat sel,” kata Schmidt.
Meskipun perempuan yang menderita PMDD tidak mendapatkan manfaat penelitian ini dalam waktu dekat, namun temuan ini merupakan langkah penting dalam upaya merancang pengobatan baru untuk mereka.
Baca juga:
Pria Juga Alami Periode Sindrom Menstruasi
“Pemahaman yang lebih baik tentang penyebab PMDD dan perbedaannya dengan PMS dapat membantu para peneliti merancang obat dan terapi yang lebih baik bagi pasien PMDD,” ucap Schmidt.
LaFleur akhirnya memutuskan untuk melakukan bedah menopause pada 2015 lalu, sehingga ia tak lagi mengalami penderitaan akibat gejala PMDD. Ia berharap, pemahaman baru dari studi ini dapat melahirkan pengobatan baru yang lebih baik sehingga perempuan lain tak perlu melakukan cara ekstrem seperti dirinya untuk menghindari gejala PMDD.
“Kecuali Anda mengalaminya sendiri, sangat sulit memahami betapa mengerikannya PMDD. Pemahaman dan pengobatan yang tepat, itulah hal yang benar-benar dibutuhkan,” pungkasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR