Nationalgeographic.co.id—30 September hingga 1 Oktober 1965 dini hari, terjadi peristiwa pembantaian enam jenderal dan satu perwira di Lubang Buaya, Jakarta. Peristiwa yang dikenang sebagai G30S/PKI atau juga disebut Gestapu.
Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi pelaku utama yang bertanggung jawab atas kematian orang-orang besar di Indonesia kala itu.
Setelah kejadian itu, secara berangsur-angsur, terjadi pembantaian yang dilakukan kekuatan militer kepada PKI. Nampaknya, Angkatan Darat Indonesia tak bergerak sendirian.
"Kampanye propaganda yang diatur oleh Inggris memainkan peran penting dalam salah satu pembantaian paling brutal di abad ke-20 pascaperang," tulis Lashmar dan tim.
Paul Lashmar, Nicholas Gilby dan James Oliver, menulis kepada The Guardian, dalam artikelnya berjudul Revealed: how UK spies incited mass murder of Indonesia’s communists, dipublikasi 17 Oktober 2021.
Para pejabat Inggris secara diam-diam menyebarkan black campaign pada tahun 1960-an untuk mendesak tokoh-tokoh terkemuka Indonesia untuk menumpas habis akar dari partai komunis.
Dokumen Kantor Luar Negeri Inggris baru-baru ini menunjukkan bahwa propagandis Inggris diam-diam menghasut orang-orang anti-komunis, termasuk jenderal-jenderal Angkatan Darat Indonesia, untuk melenyapkan PKI.
"Kampanye pembunuhan massal yang tampaknya spontan, sekarang diketahui telah diatur oleh tentara Indonesia, kemudian digambarkan oleh CIA sebagai salah satu pembunuhan massal terburuk abad ke-20," imbuhnya.
Ketika pembantaian dimulai pada Oktober 1965, para pejabat Inggris menyerukan bahwa PKI dan semua organisasi komunis untuk dihilangkan.
Mata-mata Inggris memperingatkan kepada para tokoh-tokoh militer Angkatan Darat Indonesia, bahwa mereka bisa saja berada dalam bahaya selama para pemimpin hingga anggota komunis masih buron dan dibiarkan tanpa hukuman.
Inggris melancarkan serangan propagandanya terhadap Indonesia bukan tanpa alasan. Propagandanya merupakan tanggapan atas permusuhannya dengan Presiden Soekarno, terhadap kebijakan pembentukan bekas koloninya ke dalam federasi Malaya sejak tahun 1963.
"Resistensi dengan Malaysia mengakibatkan munculnya konflik tingkat rendah dan serangan bersenjata oleh tentara Indonesia yang melintasi perbatasan," terusnya.
Pada tahun 1965, propagandis spesialis dari Information Research Department (IRD), Kantor Luar Negeri dikirim ke Singapura untuk memproduksi propaganda hitam demi melemahkan rezim Soekarno.
Sebagaimana diketahui oleh Inggris, PKI adalah basis pendukung terkuat bagi Soekarno yang terangkum dalam salah satu gagasan NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis).
Bak gayung bersambut, beberapa bulan kemudian, akibat pemberontakan G30S/PKI, terjadi perebutan kekuasaan secara bertahap dari Soekarno kepada Soeharto, dan berikutnya dilanjutkan dengan genosida besar-besaran PKI, yang saat itu merupakan partai komunis terbesar di negara non-komunis.
Sebuah tim kecil dari propagandis federasi Malaysia, memproduksi buletin yang dimaksudkan untuk diproduksi kepada para emigran Indonesia dan ditujukan pada individu-individu terkemuka dan berpengaruh di indonesia, termasuk jenderal-jenderal Angkatan Darat.
Selain itu, orang-orang Malaysia, atas kehendak Inggris, menggunakan jaringan stasiun radio yang menyiarkan propaganda menghancurkan komunis dari Malaysia ke Indonesia.
Para propagandis menyerukan dalam buletinnya menyerukan, "PKI dan semua yang diperjuangkannya, perlu dihilangkan untuk selamanya", menasihati para pembacanya.
Baca Juga: Sengkon dan Karta, Petani Miskin asal Bekasi Korban Geger 1965
Seorang spesialis propaganda dari Kementerian Luar Negeri Inggris, bernama Norman Reddaway, merupakan salah satu aktor yang berjuang untuk kudeta Soekarno. Reddaway menganggap kejatuhan Soekarno sebagai salah satu kemenangan propaganda terbesar Inggris.
Setelahnya, pembantaian besar-besaran dilakukan Angkatan Darat Indonesia untuk mengakhiri pengaruh komunis di Indonesia. "Konfrontasinya menghabiskan biaya sekitar £250.000.000 setahun," pungkas Lashmar dan rekan-rekannya.
Diperkirakan setidaknya 500.000 orang – beberapa diperkiraan mencapai tiga juta – yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dibantai habis-habisan antara tahun 1965 dan 1966.
Baca Juga: Kisah Hidup Soesilo Toer: Doktor Pemulung dan Tuduhan Komunis
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR