Setiap tanggal 6 dan 9 Agustus, masyarakat dunia mengenang kembali peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang mencetak sejarah kelam Timur Asia. Dalam beberapa potret hitam putih bersejarah mengenai pasca pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, tergambar jelas “kemurkaan dan kebakaran” yang tersisa.
Seiring peringatan serangan dahsyat Amerika Serikat atas Jepang ini, masyarakat Jepang tak henti memanjatkan doa, refleksi, upacara, dan pembaharuan senjata nuklir untuk sekarang dan seterusnya.
1945
Pukul 8.15 pagi tanggal 6 Agustus 1945, sebuah bom atom—dengan kode Little Boy—meledak di 1.900 kaki di atas Hiroshima, Jepang. Meskipun masih belum dihitung secara akurat, ledakan tersebut diyakini menewaskan sekitar 70.000 orang dan melukai 70.000 orang lainnya. Para korban didominasi oleh warga sipil.
Berbagai dampak ledakan, seperti komplikasi dari paparan radiasi, telah memakan ribuan nyawa yang tak teridentifikasi lagi. Peristiwa ini menandai pertama kalinya sebuah senjata nuklir digunakan untuk melawan suatu pihak dengan sungguh-sungguh.
Pada 9 Agustus pukul 11.02 pagi, bom kedua, yang disebut Fat Man, menyerang Nagasaki, menyebabkan 80.000 korban lainnya. Topografi kota—yang dilingkupi oleh lembah dan dipenuhi saluran pemadam kebakaran—mengurangi efek bom, meskipun muatan Fat Man benar-benar lebih besar daripada milik Little Boy. 160 orang diperkirakan selamat dari kedua ledakan tersebut, meski hanya satu yang secara resmi diakui oleh pemerintah Jepang.
Beberapa hari kemudian, Jepang menyerah kepada Sekutu, yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia II. Proyek rahasia Manhattan AS—yang akhirnya diciptakan setelah Albert Einstein memperingatkan Presiden Franklin Roosevelt tentang konsekuensi bencana jika ilmuwan Nazi mengembangkan bom atom terlebih dahulu—telah bekerja selama empat tahun untuk menciptakan senjata semacam itu.
2017
Kini, sekitar 1 juta orang menghuni Hiroshima. Sebuah taman peringatan damai dan museum menempati lokasi pusat bom tersebut. Ialah Genbaku Dome, salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO yang menjadi satu-satunya struktur di daerah itu untuk menahan ledakan yang meratakan hampir 70 persen bangunan dan infrastruktur kota.
Saat ini, 9 negara menguasai sekitar 15.000 senjata nuklir, sepertiga di antaranya aktif dalam penyebaran dan dapat diluncurkan dalam hitungan menit. Senjata nuklir Rusia adalah yang terbesar, walaupun Amerika Serikat memiliki persenjataan yang lebih banyak dibandingkan dengan gabungan senjata negara-negara lain.
Panggilan untuk regulasi nuklir, nonproliferasi, dan pelucutan senjata telah padam sejak hari-hari pasca pengeboman tahun 1945. Hibakusha—para korban yang selamat dari serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki—menjadi alasan utama yang mendorong peredaman aksi penggunaan senjata tersebut.
Pada tanggal 7 Juli lalu, Perjanjian Larangan Senjata Nuklir diadopsi dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Proses ratifikasi akan dimulai pada September mendatang. Perjanjian tersebut akan mengikat secara hukum ketika diratifikasi oleh setidaknya 50 negara. Amerika Serikat dan beberapa negara lain, termasuk semua pemilik nuklir dan sekutu mereka, menolak untuk berpartisipasi dalam negosiasi.
Simak potret kelam pasca pengeboman Hiroshima dan Nagasaki lainnya di halaman berikutnya.!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR